PALOPO - Sedikitnya dua pasar tradisional bantuan pemerintah pusat, sampai saat ini belum difungsikan. Yakni Pasar Mungkajang dan Pasar Songka. Sementara Pasar Mancani atau Pasar Telluwanua, sudah sedikit 'bernafas', karena memang berada di Jalan Poros Palopo-Masamba, dan dilewati angkutan umum.
Sementara dua pasar tradisional lainnya, yakni Pasar Mungkajang dan Pasar Songka, lokasinya jauh dari jalan protokol dan tidak dilewati angkutan umum. Hal ini salah satu penyebab kurangnya pembeli untuk berkunjung ke pasar tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo untuk menghidupkan dua pasar tradisional tersebut, yang saat ini sudah di mati suri.
Namun demikian, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Palopo belum berhasil menghidupkan dua pasar tersebut.
Dari data yang berhasil dihimpun media ini, diantara upaya yang dilakukan untuk meramaikan Pasar Mungkajang adalah, pihak Koperindag telah berusaha untuk menjadikan Pasar Mungkajang sebagai pusat pembongkaran sayur mayur.
Sehingga tidak ada lagi pembongkaran di Pusat Niaga Palopo(PNP) atau pasar sentral dan Pasar Andi Tadda. Hal ini mengharuskan para pedagang mengambil sayur mayur di sana, lalu dijual di PNP dan Pasar Andi Tadda.
Namun upaya ini sontak diprotes para pedagang. Mereka menganggap akan merepotkan dan menambah biaya transportasi lagi. Hal ini tentunya akan berdampak pada kerugian pedagang dan naiknya harga sayur.
Mendapat penolakan, Koperindag kemudian luluh. Sehingga sampai saat ini belum juga ada solusi untuk meramaikan pasar tersebut.
Sebelum upaya tersebut, Pasar Mungkajang sudah banyak dibenahi dengan menggunakan dana APBD, seperti timbunan dan pembangunan toilet. Sebab bangunan bantuan pemerintah pusat belum dilengkapi toilet dan timbunan yang belum memadai.
Sementara Pasar Songka, yang berlokasi di Jalan Yogi S Memet, Kecamatan Wara Selatan, juga mengalami nasib yang sama. Meski umurnya lebih muda dari Pasar Mungkajang, namun lokasinya juga yang jauh dari jalan poros, membuat pasar ini juga mati suri.
Pasar tersebut juga pernah diwacanakan untuk dijadikan pusat penjualan cakar atau pakaian bekas. Namun upaya tersebut kandas setelah pemerintah pusat melarang penjualan pakaian bekas.
Selain itu, masyarakat juga masih belum terlalu berminat mengunjungi pasar yang terbilang jauh dari pusat kota tersebut.
Menanggapi hal itu, Kabid Perdagangan Dinas Koperindag Kota Palopo, Amaluddin, kepada Media Duta, belum lama ini, mengaku, pihaknya telah berupaya menghidupkan dua pasar tersebut. Namun ia mengaku, jika memang sulit untuk menghidupkan hal itu.
"Kita sudah pernah berencana menjadikan pusat pembongkaran sayur mayur di Pasar Mungkajang, namun pedagang protes. Kasian juga memang kalau mereka jauh mengambil dagangan. Tapi kita tetap berupaya untuk tetap menghidupkan," ujarnya.
Sementara untuk Pasar Songka, kata dia, pihaknya juga sudah mengupayakan menjadikan pusat penjualan cakar atau pakaian bekas, namun karena pemerintah pusat melarang penjualan cakar, maka kandas lagi.
Ia menuturkan, sebenarnya jika dua pasar ini tidak dilewati angkutan umum, akan sulit dihidupkan. Sebab akses transportasinya sulit dijangkau.
Namun demikian, ia mengaku pihaknya terus berupaya untuk mencarikan solusi terkait masalah ini. "Kita tetap memikirkan itu bagaimana menghidupkan dua pasar tersebut," ujarnya, sedikit bernada pasrah.
Dikatakannya, kalau untuk Pasar Telluwanua, sudah jalan dan sudah ada penjual yang aktif. Hanya saja masih perlu terus dibina.
SEDIAKAN KIOS GRATIS
Selain berbagai upaya dilakukan, pihak Koperindag telah menggratiskan kios bagi pedagang yang ingin berjualan di Pasar Mungkajang dan Pasar Songka. Namun, pedagang harus komitmen konsisten bisa bersama-sama menghidupkan pasar tersebut.
Kabid Perdagangan Dinas Koperindag Palopo, Amaluddin mengatakan, jika saat ini sebenarnya sudah banyak daftar pedagang yang bersedia menempati kios tersebut. Hanya saja, sudah ada yang tidak menjual.
Untuk itu, Koperindag mengaku telah mewarning atau memberikan peringatan kepada mereka, jika tidak mau menjual, silahkan angkat kaki, dan akan digantikan oleh pedagang yang komitmen memanfaatkan kios yang diberikan secara cuma-cuma.
"Kita sudah warning para pedagang yang memiliki kios di Pasar Mungkajang dan Songka, jika tidak menjual, silahkan angkat kaki," tandasnya.
Untuk itu, Amal menghimbau, kepada pedagang yang ingin memiliki kios di dua pasar tersebut, agar segera ke Kantor Dinas Koperindag Palopo untuk mendaftar secara gratis.
TANGGAPAN DPRD
Dua pasar tradisional yang sudah mati suri tersebut mendapat tanggapan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun DPRD juga tampaknya agak pasrah dengan kondisi ini.
Komisi III DPRD Kota Palopo, Steven Hamdani, saat diminta tanggapannya, belum lama ini, mengatakan, pasar tersebut sebenarnya tidak bisa asal dihidupkan. Sebab menurutnya, harus ada kajian terlebih dahulu, bahwa memang jumlah konsumen di Kota Palopo ini bertambah atau tidak.
"Kalau kalau mau diaktifkan, pemerintah harus menyiapkan fasilitas pendukungnya. Jangan sampai nanti mubazir, sudah disiapkan fasilitas, tapi tetap konsumen ke pasar sentral, tidak tertarik ke dua pasar tersebut," tandasnya.
Sehingga, menurut politisi muda Partai Golkar ini, bangunan pasar tersebut dibiarkan saja dulu. Sebab itu akan tetap menjadi aset daerah. "Biarkan-mi saja dulu bangunan itu. Lagian itu bisa jadi aset pemerintah. Suatu saat nanti akan terpakai, seiring dengan perkembangan kota," tandasnya. (tim)
Tabloid Media Duta edisi Juli 2015