Wednesday, July 08, 2009

Human Relations Pada LPP TVRI Sulsel

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Human Relations adalah salah satu mata kuliah jurusan yang mesti kami pahami. Dalam perkuliahan terdapat dua masalah besar. Masalah teori dan praktek/aplikasi. Dua hal ini tak dapat dipisahkan. Karena teori tanpa praktek hasilnya pincang. Praktek tanpa teori akan tersesat.

Dalam mata kuliah ini dimaksudkan teori dan praktek itu seimbang. 50 persen teori dan sisanya pratek dengan cara turun langsung ke lapangan mengamati. Apakah teori yang ada benar-benar teraktualisasi. Atau teori tidak sama dengan praktek yang ada. Atau sebaliknya.

Human relations kajiannya lebih kepada hubungan internal sebuah lembaga. Berbeda halnya dengan publik relations yang wilayah kerjanya lebih pada masyarakat umum/orang banyak. Bagaimana hubungan lembaga dengan lembaga lain. Lembaga dengan publik. Dan pencitraan suatu lembaga menjadi tanggung jawab seorang publik relations.

Human relations bertanggung jawab terhadap bagaimana hubungan pegawai dengan pegawai. Pimpinan dengan bawahan dan bagaimana mengatasi segala permasalahan yang berhubungan dengan hubungan antar manusia yang ada dalam sebuah lembaga.

TVRI adalah sebuah lembaga penyiaran publik. Di mana bertanggung jawab memuaskan khalayaknya. Sehingga perlu menyadari pentingnya hubungan dengan semua pihak. Bagaimana bisa hubungan baik dengan pihak luar, padahal di dalam sendiri hubungan internalnya retak?

B. Rumusan Masalah

A. Sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI penting kita kenal lebih dekat.

B. Bagaimana aplikasi human relations dalam LPP TVRI Sulsel.

C. Tujuan dan Kegunaan

  1. Tujuan

1. Untuk mengenal TVRI lebih dekat. Hal ini disebabkan karena jurusan kami berhubungan erat dengan aktifitas penyiaran/jurnalis.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar manusia dalam lingkup TVRI Sulsel.

  1. Kegunaan

Kegunaan Teoritis

Secara teoritis pengamatan ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengamatan human relations pada masa mendatang.

Kegunaan Praktis

Pengamatan ini berguna untuk perbaikan dalam hal hubungan antar manusia dalam lingkup internal lembaga yang kami tempati pengamatan. Dan juga sebagai tugas akhir semester mata kuliah human relations.

D. Waktu dan Tempat Pengamataan

Pengamatan aplikasi human relations ini dilaksanakan pada akhir Juni sampai dengan awal Juli 2009 di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) daerah Sulawesi Selatan.

BAB II

GAMBARAN SINGKAT LPP TVRI

A. Sejarah TVRI

  1. Latar Belakang Berdirinya

Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek meda massa tyelevisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. Kemudian pada 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M1 1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).

Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleteks kepada Menteri Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan tinggal 10 bulan) dengan jadwal :

1. Membangun studio eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang)

2. Membangun 2 pemancar 100 watt dan 10 KW dengan tower 80 meter.

3. Mempersiapkan Software dan tenaga kerja.

17 Agustus 1961, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengadakan siran percobaan dengan menyiarkan acara HUT Prokalamasi Indonesia yang ke-17 dari Istana Merdeka Jakarta, dengan pemacara cadangan berkekuatan 100 watt. 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk yang pertama kalinya dengan siran langsung acara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Gelora Bung Karno. Stahun kemudian, 20 Oktober 1963 dikeluarkan Kepres No.215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.

  1. Pembangunan Stasiun Penyiaran TVRI

Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah. TVRI Yogyakarta menjadi stasiun TVRI daerah pertama. Menyusul kemudian secara berturut-turut Stasiun Medan, Surabaya, Ujung Pandang (Makassar), Manado, Denpasar, dan Balikpapan dengan bantuan Pertamina.

  1. Pembangunan Stasiun Produksi Keliling

Mulai pada 1977, secara bertahap di beberapa ibu kota Propinsi dibentuk stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK. Hal ini berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah. Terdiri dari:

    1. SPK Jayapura
    2. SPK Ampun
    3. SPK Kupang
    4. SPK Malang
    5. SPK Semarang
    6. SPK Bandung
    7. SPK Banjarmasing
    8. SPK Pontianak
    9. SPK Banda Aceh
    10. SPK Jambi
    11. SPK Padang
    12. SPK Lampung

  1. Stasiun TVRI di Era Orde Baru

Pada tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat langsung bertanggung jawab pada Direktorat Jenderal Radio, TV dan Film Departemen Penerangan RI.

Sebagai alat komunikasi pemerinah, tugas TVRI adalah menyampaiakan kebijakan Pemerintah kepada rakyat. Dalam waktu yang bersamaan menciptakan two way traffic dari rakyat untuk pemerintah selama tidak mendiskusikan usaha-usaha pemerintah. Pada garis besarnya tujuan traffic Pemerintah dan program-programnya adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan masyarakat yang adil, damai, aman, tertib dan sejahtera.

Semua pelaksanaan TVRI, baik di ibu kota maupun di daerah harus meletakkan tekanan kepada integrasi. Supaya TVRI menjadi well integrated mass media Pemerintah. Pada tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No.55 Bahan Siaran/KEP/Mempen/1975. dalam peraturang itulah tercakup bahan siaran yang akan ditayangkan di TVRI.

  1. TVRI di Era Reformasi

Bulan Juli 2000, peraturan pemerintah diterbitkan No.36 Tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Peraturan Jawatan (Perjan), yang secara keseimbangan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Depattemen Keuangan RI. Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2001 tentang Pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN dan Departemen Keuangan RI utuk urusan organisasi dan keuangan. 17 April 2002, diterbitkan lagi Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2002 tentang status TVRI. TVRI berubah status lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI di bawah pengawasan Departemen Keuangan dan Kantor Menteri Negara BUMN.

TVRI merupakan stasiunTV tertua di Indonesia dan jumlah penontonnya 82 persen. Penduduk Indonesia dan jangkauannya menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 22 stasiun Daerah dan Pusat dengan didukung 395 pemancar yang tersebar di seluruh Indonesia. TVRI menggunakan dua sistem siaran yaitu VHF dan UHF.

  1. TVRI Dewasa ini

Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV Publik, sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002 tantang Penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun dengan mengacu pada PP No. 9 Tahun 2002, TVRI Berbentuk Persero atau PT. Melalui PT ini Pemerintah mengharap direksi TVRI dapat melaukan pembenahan-pembenahan. Baik di bidang manajemen, strukutur organisasi maupun SDM dan keuangan.

Dalam status Persero selama masa transisi ini, TVRI diuji untuk belajar mandiri dengan memanfaatkan segala potensi yang ada. TVRI menggali dana dari berbagai sumber, antara lain dalam bentuk kerja sama dengan pihak luar, baik swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan profesionalisme karyawan.

Dengan masa transisi selama 3 tahun itu. Diharapkan TVRI mampu memenuhi kriteria yang disyaratkan UU Penyiaran, sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang jelas. Bertepatan dengan peringatan hari kebagkitan nasional 20 Mei 2003 yang lalu, TVRI kembali mengoperasikan seluruh stasiun relay TVRI sebanyak 395 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

B. Visi dan Misi TVRI

1. Visi TVRI

TVRI mempunyai visi yakni : Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsan Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional.

TVRI Sulsel sebagai penjabaran TVRI nasional : TV warga yang encerdaskan, terdepan di kawasan Timur Indonesia.

2. Misi TVRI

Misi TVRI Sulsel terdiri dari tujuh langkah utama menuju mimpi, yang dijuluki ”The Seven Missions” yaitu :

a. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja menyenangkan.

b. Mengembangkan kemampuan SDM berkelanjutan.

c. Mendayagunakan potensi SDM sesuai dengan bakat dan minat serta kemampuan.

d. Meningkatkan mutu siaran sejalan dengan kebutuhan dan keinginan publik.

e. Melaksanakan kemitraan saling menguntungkan.

f. Mencerdaskan masyarakat Sulsel.

g. Menjadikan media perekat sosial dan pelestari budaya lokal.

C. Stasiun Pemancar TVRI Sulsel

Stasiun pemancar pada TVRI Sulsel berjumlah 18 stasiun. Adapun alokasi tempat stasiun tersebut adalah :

1. Makassar

2. Gn. Loka

3. Tanjung Butung

4. Gn. Makadae

5. Sengkang

6. Matano/Soroako

7. Wowondula/Soroako

8. Baraka

9. Kanreapia

10. Palopo

11. Mamuju

12. Majene

13. Bonto Tabang

14. Bukit Malotong

15. Masamba

16. Pasangkayu

17. Rindingalo

18. Sampodo

BAB III

APLIKASI HUMAN REALATIONS

A. Pengertian Human Relations

Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari human relation. Ada juga orang yang menerjemahkannya menjadi “hubungan manusia” dan “hubungan antarmanusia”, yang sebenarnya tidak terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Hanya saja, di sini sifat hubungan tidak seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.

Ditinjau dari ilmu komunikasi, hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona (interpersonal communication) sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.

Komunikasi antar pribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang bersifat sosial.

Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.

Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja: di rumah, di jalan, dalam bis, dalam kereta api, dan sebagainya.

Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan, dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.

Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa sebab secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berpikir yang membedakannya dnegan hewan, manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya.

Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).

“Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.” Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human Relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science).

Ada satu eksperimen yang dialkukan Solomon E. Asch tentang hubungan manusia, bagaimana rangkaian kata sifat menentukan persepsi orang. Bila saya kisahkan pada anda bahwa calon istri anda cerdas, rajin, lincah, kritis, kepala bantu dan dengki, anda akan membayangkan dia sebagai orang yang “bahagia”, “humoris”, dan “mudah bergaul”. Tetapi bila rangkaian itu dibalik, dimulai dari dengki, kepala batu, dan seterusnya, kesan anda tentang dia berubah. Menurut Solomon E. Asch, kata yang disebut pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Kata “kritis” pada rangkaian pertama mempunyai konotasi positif; pada rangkaian kedua, negatif. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect.

B. Aplikasi Humas Ralations Pada LPP TVRI Sulsel

Berangkat dari teori di atas, kita berada pada ranah kajian hubungan manusia dalam arti sempit. Dalam artiian hubungan manusia dalam suatu lembaga/organisasi. Yakni bagaimana hubungan antara pimpinan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan.

Dalam pengamatan kami, di LPP TVRI Sulsel sebagai lembagai penyiaran publik aplikasi human relations sangatlah baik. Hal ini terlihat dari indikator antara pegawai terlihat akrab dan dibumbui canda tawa yang terkesan santai. Dalam kajian sosiologi, canda akan terjadi jika hubungan individu dengan idividu itu sudah terjalin akrab. Jika terjadi canda dengan orang yang baru dikenalnya itu tidak sama candanya dengan orang yang sudah akrab dengannya. Juga Senyum antara pegawai terlihat ramah.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam satu lembaga tak pernah terjadi saling cuek antara pegawai. Sebaik bagaimanapun hubungan interpersonalnya, dalam waktu yang panjang akan ada ketidaksenangan yang menimbulkan koyaknya tali silaturrahmi. Di TVRI belum pernah terjadi peristiwa yang mengakibatkan putusnya silaturrahmi dalam waktu panjang. Kalaupun ada itu dapat diselesaikan dengan cepat.

Sikap ramah yang kami terima dari pihak di sana ketika berkunjung. Namun juga tidak semua pegawai memperlihatkan sikap ramahnya. Itu terbukti ada juga yang terkesan cuek-cuek saja dengan kedatangan orang luar. Tidak ada senyum dan tutur sapa. Tapi kami bersyukur, Pegawai seperti itu hanya sebagian kecil saja. Yang lainnya kami disambut dengan senyum yang ramah.

Hubungan antara pimpinan dengan bawahan juga telihat akrab. Sering bercanda dan santai, namun masih beretika. Hubungan pegawai dengan peserta magang pun juga terlihat santai dalam bergaul. Seakan tak ada sekat yang membatasi mereka. Seakan pegawai dan peserta magang berstatus sama. Namun dalam hal pekerjaan pegawai terlihat guru membimbing mereka.

BAB IV

PENUTUP


A.
Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat kami tarik benang merahnya

  1. TVRI merupakan lembaga penyiaran publik yang dahulunya berada pada kendali penuh pemerintah. Namun sekarang ini TVRI diharapkan mampu bersikap kritis terhadap kebijakan demi pencerdasan masyarakat.
  2. Aplikasi Human Relations pada LPP TVRI dari pengamatan kami terlihat baik. Walau belum sepenuhnya maksimal

B. Saran-saran

Sebaiknya aplikasi human relations lebih ditingkatkan lagi demi keharmonisan dan kenyamanan kerja.


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Human Relations Pada LPP TVRI Sulsel"

Post a Comment