Showing posts with label Essay. Show all posts
Showing posts with label Essay. Show all posts

Saturday, May 09, 2015

Perda Miras Sebaiknya Hanya Memperketat, Bukan Melarang

Suasana Dialog Miras yang digelar Media Duta di Hotel Clarion Makassar

Masalah minuman beralkohol (minol) adalah masalah yang kompleks. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian orang sudah menjadikannya kebutuhan sehari-hari. Minol juga tidak dilarang dijual di Indonesia, hanya saja termasuk dalam barang-barang pengawasan. Hanya yang perlu dilakukan adalah pengawasan ketat terhadap peredarannya.

Pada edisi kali ini, redaksi mengangkat topik utama terkait masalah aturan pengendalian minol atau miras di Kota Makassar.

Peraturan Daerah (Perda) nomor 4 tahun 2014 tentang minol di Kota Makassar banyak menuai protes, utamanya dari kalangan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang selama ini menjual eceran minol. Sebab dalam Perda ini, pengecer tradisional dilarang menjual lagi. Tapi hanya dibolehkan dijual dan diminum langsung di lima tempat, yakni hotel berbintang 3, 4, dan 5, pub, karaoke, diskotik, dan cafe.

Hal ini tentu mendapat perlawanan dari para pelaku usaha kecil, yang mengecer minol namun tetap diawasi ketat aparat.

Kami ingin menegaskan, bahwa kami bukan membela minol atau membiarkan minol ini dijual bebas tanpa pengawasan, tapi setidaknya membela pelaku UMKM ini. Karena dengan pelarangan ini, maka mereka akan kehilangan pekerjaan dan penghasilannya sudah pasti berkurang. Ibarat sudah kecil ditindis pula. Hanya pengusaha besar yang dibolehkan menjual, sementara pelaku usaha kecil dilarang.

Kami sepakat dengan apa yang diutarakan Prof Lauddin Marsuni, bahwa ini bukan membela minol, tapi demi keadilan dan kemanusiaan.
Selain itu, dengan pelarangan pedagang minol ini, maka PAD Kota Makassar akan berkurang dari sektor riil ini. Di tengah pemkot menggenjot PAD Rp1 triliun, kini harus memutar otak lagi untuk mencari sumber PAD yang lain.

Pabrik minol di Kota Makassar setidaknya ada empat pabrik yang aktif beroperasi. Jika mereka tidak punya pengecer, lalu mau dijual kemana. Selain itu, para pelaku usaha mengkhawatirkan, sulitnya diperoleh minol ini, akan berdampak pada munculnya minol oplosan, yang dampaknya akan jauh lebih besar. Bahkan sampai menghilangkan nyawa orang.
Kemudian, tidak adanya minol yang dijual eceran, juga dikhawatirkan akan memicu masuknya minol dari daerah lain yang dijual dengan sembunyi-sembunyi alias ilegal. Ini jelas merugikan kota.

Pada dialog yang kami gelar di Hotel Clarion, 17 April lalu, solusinya adalah perda minol Makassar harus direvisi. Sebab selain merugikan pelaku usaha kecil, juga banyak kejanggalan dan bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi.

Perda nanti ini, diharapkan agar bisa mengakomodir pengecer tradisional, tapi dengan catatan izin penjualan itu harus diseleksi ketat. Tidak boleh dekat dengan sarana pendidikan, masjid, dan tempatnya harus 12 meter persegi, sebagaimana diatur dalam Permendag 20 tahun 2014. Juga minol harus disimpan terpisah dari barang jualan lainnya. Sebaiknya bukan melarang, tapi memperketat pengawasan dan pemberian izin menjual.

Selain itu, tentunya semoga tidak lagi ada poin-poin yang bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Sekali lagi, kami tidak membela minol, tapi membela kemanusiaan, seperti yang disampaikan Prof Lauddin Marsuni, saat membedah regulasi minol, pada dialog bersama para pelaku usaha hiburan dan pengecer minol di Makassar. Terima kasih. (***)

Edisi April 2015, Tabloid Media Duta Express
read more...

Wednesday, May 06, 2015

Anak Jokowi Pengikut Illuminati?

Mural Illuminati terpajang menghiasi kafe milik
anak Presiden Jokowi di Solo
Belakangan ini, kafe milik putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming, yang bernama Markobar (Martabak Kotta Barat) di Solo, Jawa Tengah, ramai diperbincangkan, utamanya di dunia maya. Pasalnya, kafe yang dibuka April 2015 lalu itu, terdapat simbol penganut atau anggota aliran organisasi rahasia illuminati.

Di kafe tersebut, terdapat mural berupa gambar orang bermata satu yang dikelilingi oleh segitiga. Gambar tersebut identik dengan salah satu organisasi yang menggunakan gambar mata satu yaitu illuminati. Istilah ini juga sering diidentikkan dengan Dajjal.

Hal ini menimbulkan persepsi dan speskulasi di masyarakat. Apakah 'sang pangeran' adalah anggota illuminati? Entahlah, sebab belum ada bukti kongkrit untuk menjelaskan ini. Namun demikian, simbol-simbol itu sudah tampak di kafe miliknya. Entah karena iseng, atau karena hanya pengagum, atau karena memang sudah menjadi anggota organisasi rahasia tersebut.

Lantas apakah makna sebenarnya dari lambang pria bermata satu dan bentuk piramid tersebut? Dikutip dari berbagai sumber, yang dilansir Merdeka.com, simbol piramida dan mata satu disebut-sebut terkait dengan Amerika Serikat. Hal itu disinyalir dari uang USD 1 merupakan simbol Freemason.

Benar tidaknya AS memiliki kaitan dengan Freemason masih menjadi perdebatan hingga kini. Namun, memaknai simbol Piramida dan mata satu pada uang 1 USD, terlihat saat menggambarkan sebuah heksagram di atasnya adalah sebuah anagram yang membentuk kata Mason. Beberapa sumber itu mensinyalir, para pendiri AS juga disebut-sebut sebagai anggota Mason.

Pemakaian Piramida dan mata satu simbol pada uang 1 USD merupakan ide presiden AS saat itu, Franklin Delano Roosevelt. Franklin disebut merupakan seorang Mason level 32.

Kelompok ini percaya di lindugi Tuhan. Simbol mata satu adalah sebuah representasi Mason atas The Great Architect of the Universe atau Tuhan.

Lalu apa itu illuminati? Dikutip dari laman Wikipedia, illuminati adalah bentuk plural dari bahasa Latin illuminatus, yang berarti tercerahkan. Illuminati adalah nama yang diberikan kepada beberapa kelompok, baik yang nyata (historis) maupun fiktif. Secara historis, nama ini merujuk pada Illuminati Bavaria, sebuah kelompok rahasia pada Zaman Pencerahan yang didirikan pada tanggal 1 Mei tahun 1776.

Sejak diterbitkannya karya fiksi ilmiah postmodern berjudul The Illuminatus! Trilogy (1975-7) karya Robert Shea dan Robert Anton Wilson, nama Illuminati menjadi banyak digunakan untuk menunjukkan organisasi persekongkolan yang dipercaya mendalangi dan mengendalikan berbagai peristiwa di dunia melalui pemerintah dan korporasi untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru. Dalam konteks ini, Illuminati biasanya digambarkan sebagai versi modern atau keberlanjutan dari Illuminati Bavaria.

Dalam fanpage Facebook, Berbagi Cerita Misteri, diulas sejumlah simbol illuminati dari sejumlah bangunan di Indonesia. Dalam fanpage Facebook tersebut, dijelaskan, para penganut illuminati sangat gencar dalam menyebarkan pengaruhnya ke seluruh elemen masyarakat, dengan berbagai cara mereka lakukan agar manusia masuk dalam genggaman mereka, baik itu melaui simbol - simbol illuminati yang mereka sisipkan dalam berbagai aspek.

Seperti melalui lagu yang mereka buat, melalui film - film layar lebar, maupun kartun untuk anak - anak, dan masih banyak lagi cara yang mereka gunakan untuk menjerumuskan manusia kedalam lembah setan. (***)
read more...

Sunday, March 29, 2015

Wajah Baru Media Duta

Logo baru Media Duta
Sejak Desember 2014 lalu Tabloid Media Duta Express dan portal Media-Duta.Com 50 persen sahamnya dialihkan ke Hj Nunung Dasniar ST, yang sebelumnya dimiliki Syamsiar Syam (Syiar Mano ) sebagai pemilik saham tunggal. Pembagian saham itu membuat manajemen Media Duta Express mengalami perubahan . Mulai dari kantor pusat hingga manajemen.
Hal itu dilakukan untuk pengembangan Media Duta Express kedepannya. Dengan pembagian saham tersebut, diharapkan mampu terkelola secara profesional. Syamsiar Syam atau biasa yang dipanggi Manohara melihat peluang bisnis yang lebih besar jika ada pembagian saham.Sebagai pemilik saham tunggal, Syamsiar mengajak Hj Niar bekerjasama mengelola dan mengembangkan Media Duta hingga ke pelosok nusantara.
Dan diharapkan mampu membawa perubahan dari sisi kualitas, kuantittas, dan bisnis. Persaingan ketat bisnis media, diharapkan Media Duta Express bisa muncul ke permukaan di Kota Makassar dan Sulsel pada umumnya.
Serta senantiasa ingin mencari tampilan dan suasana yang fresh dalam setiap terbitannya. Dengan menyajikan beberapa hal yang dianggap bisa memberikan pengetahuan dan referensi serta inspirasi sesuai dengan taglinenya.
Kami sadari, masih banyak kekurangan dalam setiap terbitan. Sebab banyak kendala yang kami hadapi dalam penyajian informasi. Namun demikian, kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca.
Berita-berita yang disajikan dalam versi cetak, adalah sebagian adalah dari saripati berita yang disajikan di media online, Media-Duta.com. 
Terkait penyebaran tabloid versi cetak, kami sudah tersebar di wilayah Sulsel. Daerah yang terbesar penyebarannya ada di wilayah Luwu Raya. Sebab, Media Duta Express ini memang lahir pertama di wilayah Luwu Raya, yakni di Kota Palopo.
Dengan perubahan manajemen ini, terus diupayakan mampu bertambah oplahnya.Selain dari sisi bisnis, masalah idealisme juga terus berupaya untuk dipertahankan. Kontrol pemerintah dan memperjuangkan kepentingan orang banyak, berusaha untuk selalu dijunjung tinggi. Wassalam. (***)

Edisi Maret 2015
read more...

Sunday, January 18, 2015

Istilah Gambo dan Wali Kota Palopo


Istilah 'gambo' tergolong sangat populer di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Hampir setiap saat kita mendengar kata 'gambo'.

Istilah 'gambo' sudah menjadi tranding topik di daerah asal surek terpanjang di dunia I Lagaligo itu. Kata 'gambo' di semua kalangan sangat populer. Mulai dari anak-anak, sampai orang tua. Dari tukang ojek sampai konglomerat. Dan yang paling populer adalah di lingkungan birokrasi dan warung kopi (warkop).

Lalu apa yang dimaksud gambo? Berdasarkan dari pengamatan penulis, arti gambo paling tidak punya beberapa makna. Ada yang bermakna sedikit positif, namun kebanyakan bermakna agak negatif. Positifnya adalah dipakai untuk seru-seruan dan main-main semata.

Ada beberapa kalimat yang sering diucapkan: "Gamboko memang. Na gamboiko. Carita gambo-gambo." Dan masih banyak lagi.

Kalimat gambo yang ditujukan kepada seseorang biasanya untuk bercanda-canda. Namun terkadang juga serius. Dan kebanyakan diperuntukkan untuk teman yang sudah akrab.

Kata gambo sering disandingkan dengan hal-hal yang tidak terlalu serius. Kalimat "kau gamboika", diartikan "kamu mengerjain saya." Artinya, seseorang mengerjain temannya.

Kalimat 'carita gambo-gambo' adalah obrolan atau cerita-cerita yang tidak benar, yang diceritakan dengan maksud seru-seruan. 'Carita gambo-gambo' ini banyak di warung-warung kopi, yang dimaksudkan untuk main-main dan seru-seruan setelah seharian letih dan lelah dengan rutinitasnya.

Gambo biasa diartikan dengan bohong, mengelabui, mengerjain, cerita dibuat-buat, janji-janji tidak ditepati, dan beberapa kata sifat yang biasa disandingkan dengan istilah gambo.

Lalu dari mana asal istilah gambo ini? Mayoritas orang Tana Luwu mengatakan, jika istilah ini populer dari HM Judas Amir, yang telah terpilih menjadi Wali Kota Palopo periode 2013-2018.

Judas lah yang mempupelarkan istilah gambo ini. Saat ini, istilah gambo tengah sangat populer di pergaulan masyarakat Palopo. Istilah gambo ini juga selalu diungkapkan di hampir semua sambutan-sambutan Judas Amir saat ada acara yang tidak terlalu resmi. Dengan gaya khasnya, Judas Amir selalu mengiringi candaan di setiap sambutannya.

Menurut cerita yang berkembang, istilah gambo ini mulai populer saat gerbong Judas Amir menjadi pejabat. Istilah gambo ini ibarat kata sandi atau 'password' untuk permintaan atau perintah yang sifatnya rahasia. Disposisi dengan tanda 'GMB', menjadi perhatian serius dari kalangan pejabat, jika kode itu ditulis dalam sebuah disposisi.

Sebagai penghormatan Judas Amir atas jasa mempopulerkan istilah 'gambo', orang-orang di Palopo biasa bercanda, ingin membangun tugu 'gambo'.

Yang perlu menjadi catatan, jika ada yang menyebut anda 'gambo', itu biasanya bercanda. Makanya, sebaiknya ditanggapi bercanda. Satu lagi, salah satu tanda keakraban dalam pergaulan di Sulsel, jika saling mengejek tapi bercanda dan tidak ada yang tersinggung, karena mereka sadar, kalau itu hanya candaan.

Penulis juga memohon maaf atas kekeliruan dalam memaknai istilah gambo ini. Tulisan 'gambo-gambo' ini diharapkan sedikit memahami arti gambo, jika ada orang luar yang berkunjung ke Palopo. Selamat 'bergambo-gambo'. (***)
read more...

Wednesday, January 07, 2015

Maulid dan Tahun Baru

Pergantian tahun dari 2014 ke 2015 dirayakan begitu meriah. Hampir seluruh energi dan perhatian orang terserap ke sana. Beragam acara dibuat untuk memeriahkan tahun baru tersebut.

Rabu 31 Desember 2014, dimana hari terakhir di 2014. Malam itu pula, akan menjadi malam pertama di tahun 2015. Orang merayakannya dengan beragam cara. Mulai dari zikir sampai foya-foya dan pesta miras.

Indonesia, di negeri yang mayoritas muslim ini, hampir semua kalangan memeriahkan tahun baru. Ustaz merayakan dengan zikir. Para ustaz kebanjiran job memimpin zikir dan ceramah. Artis banjir job manggung. Pemerintah sibuk mempersiapkan pesta dan sibuk memenuhi undangan acara tahun baru.

Meriahnya tahun baru ini seakan menenggelamkan hari bersejarah dalam Islam. Hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Tepat Sabtu 3 Januari 2015 atau 12 Rabiul Awal 1436 H.

Maulid ini nyaris disita oleh perayaan tahun baru. Hampir tidak ada peringatan Maulid tepat di hari 12 Rabiul Awal, khususnya yang diperingati pemerintah. Sebab persiapan acara Maulid juga butuh persiapan. Namun karena energi terserap ke perayaan pergantian tahun, maka perayaan maulid harus ditunda. Meski demikian, perayaan maulid masih perdebatan soal boleh tidaknya, namun minimal maulid bisa dijadikan sebagai syiar Islam.

Meriahnya perayaan natal dan tahun baru dan sepinya perayaan Maulid Nabi saw. Ini memiriskan hati sebagai umat Muslim. Sebab syiar agama Islam sudah sepi dilindas perayaan pesta kaum Nasrani.

Semoga di waktu mendatang tidak lagi terjadi hal seperti ini. Syiar Islam harus digencarkan, sebagai upaya menyebarkan Islam dan memantapkan keislaman kita semua. (**)
read more...

Tuesday, January 06, 2015

Catatan Awal Tahun; 2015 Tahun Kemakmuran Daerah Terpinggir

Tahun 2014 sudah berlalu. Kini kita menyongsong tahun baru 2015. Menurut zodiak dan kepercayaan orang China, tahun 2015 adalah tahun kambing kayu. Tanda kedelapan dari zodiak China dari 12 shio.
Menurut kepercayaan orang China, angka delapan '8' adalah angka yang melambangkan kedamaian dan kemakmuran. Pepatah China mengatakan, 'tiga kambing membawa kemakmuran dan kedamaian.'
Untuk itu, harapan dari redaksi tahun 2015 ini, diharapkan Pemkab Morowali dan Morowali Utara (Morut) tahun 2015 ini, beserta semua masyarakatnya, bisa merasakan kedamaian dan kemakmuran. Terutama daerah terpencil dan terpinggirkan selama ini.
Daerah Morowali dan Morut, termasuk banyak memiliki wilayah terpencil dan sulit terjangkau. Pulau-pulau yang jarang mendapat perhatian, dan juga desa atau perkampungan yang nyaris tak mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Dengan anggaran miliaran rupiah yang mengalir ke desa tahun ini, diharapkan bisa dimanfaatkan untuk perbaikan akses transportasi, sarana pendidikan, dan juga sarana kesehatan di daerah terpencil, serta pemberdayaan masyarakat yang bisa menggairahkan ekonomi di desa.
Anggaran ini diharapkan bisa tepat sasaran, bukan malah disalahgunakan oleh aparat desa dan segelintir orang atau pemerintah daerah serta para wakil rakyat. Namun dana ini diharapkan benar-benar bisa tepat sasaran. Dengan adanya dana ini, bisa memberikan efek domino di desa. Ekonomi makin meningkat karena perputaran uang yang baik di desa. 
Jika aparat pemerintah punya niat baik dan bisa memikirkan kepentingan masyarakatnya, maka dengan dana yang ada, pembangunan masyarakat dari desa bisa terwujud. Tak akan ada lagi yang mau ke kota mengadu nasib. Sebab kesejahteraan di desa jauh lebih menjanjikan dibanding di kota.
Untuk menunjang dan membantu terwujudnya kemakmuran dan pembangunan di desa, Redaksi koran bulanan Radar Metro Morowali, tahun ini akan menfokuskan pemberitaan pada pembangunan desa dan daerah terpencil.
Dengan tetap mendukung kebijakan pro rakyat dan mensinergikan pemberitaan dengan Pemkab Morowali dan Morut, untuk turut andil dalam membangun daerah ini.
Kerjasama antara pemerintah dan pers akan tetap dijaga, namun tidak melupakan fungsi kritis dari pers itu sendiri, yang tujuannya agar pemerintahan tidak melenceng dari aturan dan masyarakat bisa merasakan kemakmuran. Semoga!
Apa yang terjadi tahun lalu semoga dijadikan pelajaran. Yang baik terus ditingkatkan dan yang buruk ditinggalkan. Tidak ada sesuatu yang sempurna. Untuk itu, harus terus berbenah dan introspeksi diri.
Akhirnya, kami dari segenap redaksi dan karyawan Radar Metro Morowali, mengucapkan selamat tahun baru 2015. Semoga tahun ini bisa menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Meski ramalan tahun kambing kayu sebagai tahun kedamaian dan kemakmuran, namun semuanya tidak akan terwujud tanpa usaha dan kerja keras. (***)
read more...

Tuesday, August 19, 2014

Jalan Tuhan


Seorang pejabat pernah bercerita kepada wartawan saat diwawancarai di salah satu stasiun televisi swasta tanah air. Pejabat itu mengaku, tak pernah berfikir waktu kecil akan menjadi seperti itu sekarang, yang punya kedudukan, harta, dan menjadi tokoh penting di Indonesia ini.

Ia mengaku hanya belajar dan kemudian bekerja secara sungguh-sungguh. Namun seiring waktu, ia kemudian dibawa ke jalan yang digelutinya sekarang, dan itulah yang membawanya seperti saat ini.

**********

Allah maha pemberi petunjuk. Maha tahu yang terbaik untuk hambanya. Kesusahan adalah jalan menuju kesenangan. Inna ma'al 'usri yusra. Kesempitan adalah jalan Tuhan yang ditunjukkan menuju yang terbaik untuk hambaNya yang dicintai. Musibah menjadi pengarah menuju jalan yang lebih baik.

Kita biasa mendengar orang, kerabat atau sahabat berujar, "saya tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini."

Terkadang kita biasa bingung mengapa sampai mengambil atau memilih jalan hidup dengan profesi yang sedang digeluti. Padahal sebelumnya tidak pernah berfikir akan seperti sekarang.

Manusia juga terkadang tanpa sengaja terjerumus ke jurang maksiat, namun begitu dirinya terjaga dan sadar akan apa yang dilakukannya, dia kemudian beralih dan ke jalan yang benar. Dalam kasus ini, kemungkinan ada hal yang ingin diperlihatkan Allah swt kepada hambaNya, sehingga dengan kejadian itu, sang hamba bisa berfikir dan memetik pelajaran.

Semua ada hikmah dibalik apa yang terjadi. Tak satupun kejadian yang menimpa umat manusia tanpa ada pelajaran di dalamnya. Hanya saja, sedikit orang yang mau mencari tahu.

Jalan-jalan Tuhan selalu dipenuhi dengan misteri. Manusia tak akan sanggup memecah misteri itu semuanya. Namun yang jelas, semua jalan yang ditampakkan Allah swt kepada manusia selalu ada yang ingin diberitahukannya. Itulah cara Tuhan berkomunikasi dengan hambanya.

Tugas kita adalah berdoa sambil bekerja. Mintalah yang terbaik bagi kita. Tuhanlah yang memberikan jalannya. Jika yang diberikan Tuhan tidak sesuai dengan yang diminta, itu karena Tuhan menilai hal itu bukan yang terbaik bagi hambaNya. Kita hanya harus berprasangka baik kepada Tuhan.

"Saya seperti yang disangkakan hambaKu." Begitu firman Allah. Jika kita ingin baik, maka berprasangka baiklah kepada Tuhan terhadap apa yang terjadi. Wallahu a'lam bisshawab. (*)
read more...

Wednesday, July 16, 2014

Melembut


Dikisahkan, seorang buta selalu mangkal di sudut pasar di Mekkah. Atas gosip yang didengarnya, orang buta ini kemudian sangat membenci Rasulullah saw.

Meski Rasulullah saw tahu kalau orang ini sangat membencinya, namun Nabi saw rutin mengunjungi orang ini untuk menyuapi makan. Suatu saat, saat Nabi saw meninggal, Nabi saw digantikan Abubakar, namun orang ini tahu kalau bukan orang yang biasa menyuapinya datang. Ia pun bertanya, kemana orang yang biasa menyuapinya.

"Kemana orang yang selalu menyuapi saya. Kelembutannya tidak sama seperti engkau," kata si buta kepada Abubakar.

Saat itu, khalifah Abubakar memberitahu jika orang yang selalu menyuapinya adalah Nabi Muhammad saw, orang yang selama ini dibenci dan dicacinya. Maka atas kelembutan hati Nabi, orang ini kemudian sadar dan akhirnya tersentuh oleh kelembutan hati dan sikap nabi dan si buta mengucapkan dua kalimat syahadat.

Lembut. Salah satu sifat Allah adalah maha lembut. Al-latif. Maha lemah lembut. Sifat Allah dalam asmaul husna lebih banyak menyebutkan masalah kelembutan. Seperti kasih sayang, pengasih dan penyayang, arrahman, arrahim, arrauf.

Dengan melihat mayoritas sifat Allah yang lebih banyak bermakna lembut, ini mengisyaratkan umat manusia sebagai khalifatan fil ardh, harus mengandalkan sifat lembutnya dalam menjalankan perintah dan amanah yang diberikan Allah kepadanya.

Dalam kasus memimpin misalnya. Orang kebanyakan sering mengartikan, jika tegas itu berarti keras dalam memimpin. Padahal kalau dicermati lebih jauh, ketegasan itu bisa dalam wujud lembut. Tegas dalam arti komitmen terhadap aturan yang ada. Cara menegakkan aturan, bisa dengan cara menyentuh hati orang-orang. Menyentuh hati itu hanya bisa dilakukan dengan cara yang lembut. Seperti yang dicontohkan Nabi saw pada setiap kesempatan.

Mustahil orang yang disentuh dengan kekerasan mampu melakukan sesuatu dengan ikhlas. Mereka hanya melakukan karena takut dan sekedar menggugurkan kewajiban. Setelah rasa takut dan kewajibannya selesai, mereka akan berhenti di situ. Mereka tidak akan mau berbuat lebih.

Begitu juga dengan mendidik dengan kekerasan. Untuk itu, anak harus dididik dengan lembut. Anak punya hati yang masih sangat lembut, makanya harus disentuh dengan lembut. Jika mereka disentuh dengan kekerasan, maka hati yang lembut itu tidak akan menerimanya dengan baik. Akan sulit tercerna, dan akhirnya sang hati anak itu akan berubah keras. Dan pada gilirannya, hati itu akan berbalik kepada orang yang membentuknya menjadi keras. (*)

********************************

Berikut tulisan Prof Rhenald Kasali yang bisa menjadi salah satu contoh pentingnya kelembutan dalam mendidik..
BUDAYA PENJAJAHAN UNTUK BANGSA TERJAJAH
BUDAYA PARA PENJAJAH YANG TIDAK PERNAH DI TERAPKAN UNTUK ANAK-ANAK BANGSA MEREKA SENDIRI
BUDAYA MENGHUKUM DAN MENGHAKIMI PARA PENDIDIK DI INDONESIA
BUDAYA KEBODOHAN YANG MASIH TERUS DILESTARIKAN HINGGA HARI INI
-Mulai sejak SD hingga Perguruan Tinggi-
-Mulai dari guru dan dosen hingga para Senior ke Junior-

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali
(Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)
read more...

Saturday, July 05, 2014

Air dan Cinta


Air dan Cinta. Air, sifat dasarnya adalah mengalir dan mencari tempat terendah. Jika air itu tidak punya sumber mata air yang jelas, atau air itu hanya berasal dari botol yang ditumpahkan, maka ia akan habis dan kering dalam perjalanannya.

Namun jika air itu berasal dari mata air, maka perjalanannya akan lama dan kemungkinan akan terus mengalir sampai membentuk lautan sekalipun, dan akan menciptakan lebih banyak mata air. Sehingga nyaris tidak akan kering sampai semuanya dikeringkan atas keinginan Tuhan dengan berbagai sebab. Bisa seperti menimpakan kemarau panjang sehingga semua kering oleh teriknya mentari.

Begitupun dengan cinta. Jika kita analogikan seperti air, maka cinta yang datangnya dari nafsu, maka waktunya hanya sebentar, hingga dalam perjalanannya akan kering dengan sendirinya oleh panasnya nafsu.

Namun jika cinta itu berangkat dari hati yang tulus tanpa ada keinginan macam-macam, atau sumbernya dari mata air kehidupan, maka cinta itu akan sulit kering dan nyaris tidak akan bisa kering sampai ajal memisahkan. Sebab cinta itu akan mengalir terus menerus sampai membentuk cinta dalam wujud lain.

Maka dari itu, jika merasa mencintai, kenalilah dari mana asal cinta itu. Jika cinta timbul dari ketertarikan fisik, maka boleh jadi itu hanya air yang tumpah dan kemungkinan akan kering saat fisik sang yang dicinta mulai pudar.

Namun jika cintanya bersumber dari hal yang sulit dimengerti, maka bisa jadi itu cinta dari mata air yang akan terus mengalir sampai waktu yang panjang, sampai Tuhan mencabutnya dengan berbagai sebab. Bisa mengeringkannya dengan tidak adanya perhatian, atau cinta itu mengalir ke tempat lain. Namun satu hal yang pasti, air tempat mengalir pertama tidak akan terlupakan begitu saja.

Cinta itu juga tidak selamanya harus memiliki. Cinta itu tidak stagnan. Selalu keluar masuk. Saat diminum, maka akan keluar dalam wajah lain. (*)

For someone...

Balandai, Jumat, 4 Juli 2014, 6 Ramadan 1435 H
read more...

Wednesday, February 17, 2010

Pentingnya Rayuan Gombal dan Basa-Basi Dalam Berkomunikasi


“Ah…. Gombal lhu… basa-basi…”

Kalimat itu sering terpantul dari gendang telinga kita, tatkala kalimat pujian kita lemparkan pada seseorang.

Kalimat gombal sering kita menganggap adalah ucapan sia-sia. Tak ada gunanya. Namun perlu disadari ketika rayuan yang berupa pujian diberikan pada kita, pada saat itupula ada energy baru yang tumbuh dalam jiwa. Coba kita bandingkan ketika mendapat pujian dengan teguran. Ada energy yang hilang tatkala ditegur dengan cara yang kurang halus. Bagai putri malu ketika mendapat sentuhan lembut dari tangan kasar anda. Lesu, down.

Gombal dalam pengertian saya, merupakan kalimat pujian yang diperuntukkan oleh seseorang. Pujian itu terkadang tanpa dasar kongkrit. Karena kalimat gombal biasanya lebih pada sifat dan postur tubuh seseorang. Sifat dan postur tubuh itu penilaiannya sangat subjektif. Tergantung pada siapa yang menilai. Olehnya itu, ketika orang lain memberikan kalimat gombal dan basa-basinya, boleh anda percaya. Karena boleh jadi benar apa yang diucapakan dalam pandangannya. Tapi jangan terlalu “kePeDean”. Karena itu subjektif. Belum tentu orang lain memandangnya seperti itu. Ambil sajalah sisi positifnya. Biarkan energy baru tumbuh dalam jiwa anda ketika mendapat pujian. Rasakan The Power of Gombalisme dan Basa-Basi. J

Dalam kehidupan rill kita. Manusia yang paling senang mendapat pujian adalah kaum hawa. Ini singkron dengan kaum adam yang senang memuji. Berbeda dengan masalah cinta. Kaum hawa terkadang lebih senang belajar mencintai. Bukan belajar dicintai. Kaum adam terkadang selalu ingin dicintai. Tanpa belajar mencintai. Erich Fromm mengatakan, inilah penyakit kaum modern. Selalu ingin dicintai. Tanpa belajar mencintai. Padahal kita seharusnya belajar mencintai. Karena ketika hanya ingin dicintai, maka hasilnya, KEKECEWAAN-KEKECEWAAN. Sebab kebahagiaan kita gantungkan pada sesuatu, DICINTAI. Bukan pada diri kita sendiri, MENCINTAI.

Kita kembali pada persoalan gombal. Dalam sejarah, Nabi SAW pun sering menggombal istri-istrinya. Misalnya dikatakan engkaulah istri saya yang paling saya kagumi. Lalu bagaimana dengan istri yang lain? Nabi pun mengatakan hal yang sama, namun bahasa yang berbeda. Misalnya ketika ditanya mengenai istri-istrinya. Yang manakah yang Nabi paling cintai antara Aisyah dan Khadijah. Nabi SAW. Menjawab aku sangat mencintai Aisyah. Lalu bagaimana dengan Khadijah? Aku tak mampu lepas dari ikatan cintaku padanya. Kira-kira begitu bahasanya.

Dalam kasus lain misalnya, terkadang istri minta cerai atau pacar minta putus karena pasangannya tak pernah memberikannya kata basa-basi dan kalimat gombal. Tak pernah terlontarkan dari mulutnya yang mungil kalimat I LOVE YOU. Atau aku sayang kamu sampai titik penghabisanku. Atau kata-kata yang lebih puitis, Aku tak mampu lagi mencari cinta lain, karena sayap-sayapku telah patah karenamu. Cobalah berikan kalimat pada pasangan anda yang menyenangkan hatinya. Perempuan itu senangnya digombal. Lelakipun juga tak ketinggalan.

Coba kita membuka Alqur’an, ketika melihat ayat pertama dari semua surah dalam Alqur’an, kecuali At-Taubah. Terlihat kalimat pujian kepada Allah sebelum memasuki inti-intinya, Bismillahirrahmanirrahim. Itu artinya apa, sebelum kita memasuki pembicaraan dianjurkan membuka pembicaraan dengan kalimat basa-basi, atau gombal dululah kalau orangnya agak cemberut. Dalam istilah yang agak akademis, ada kalimat pembuka ketika hendak membicarakan sesuatu. Dalam pidato atau ceramah misalnya. Ada basa-basi sebelum masuk intinya.

Tapi ingat saudara..!!!

Kalimat basa-basi dan gombal jangan terlalu banyak. Karena ketika itu terjadi kalimat itu tak kan berdampak positif lagi. Boleh jadi mereka tidak lagi butuh itu. Gombal dan basa-basilah tapi jangan terlalu berlebihan. Allah pun melarang hambaNya berlebih-lebihan. Karena segala yang berlebih-lebihan itu adalah perbuatan yang tercela. Melampuai batas kewajaran. Wallahu A’lam… (*r*a*u*f*). ditulis di Makassar, 17 February 2010.
read more...

Saturday, February 06, 2010

Tiga Ujung Yang Paling Sakti di Dunia


Lembek secara fisik. Namun keras dari sisi mudharat. Itulah mungkin gambaran awal dari ujung yang dikenal sakti sepanjang hidup manusia. Ujung itu adalah ujung lidah, ujung pena dan ujung penis. Yang kemudian saya sebut sebagai Ujung LPP. LPP yang saya maksud bukan Lembaga Penyelenggara Pemilma dalam pemilu mahasiswa.

Ujung lidah. Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya telah memperingatkan umat manusia bahwa jika kalian ingin selamat peliharalah lidah kalian. Orang sering bilang daging tanpa tulang itu lebih berbahaya dari ujung pedang nagapuspa, atau ujung badiknya orang Makassar, atau kerisnya Empu Gandring dalam dunia cerita.

Olehnya itu, agama mengajarkan kita agar selalu mempergunakan lidah kita kea rah yang baik. Karena dengan ucapan merubah dari yang tidak suka menjadi cinta. Dari kafir menjadi beriman.

Coba kita renungkan, betapun marahnya dalam hati, ketika terdengar elusan suara sang kekasih yang begitu lembut menyapa. Saat itupun tak ada daya untuk marah. Segala potensi nafsu syaithan segera hilang. Sebagai contoh dalam kasus lain. Betapapun lelaki tak ada niat syahwat saat berdua dengan lawan jenisnya, ketika terdengar desahan nafas dan suara rayuan sang perempuan. Maka saat itu juga gairah seks meninggi. Itulah kekuatan lidah yang mampu membalikkan fakta. Merubah yang salah menjadi benar. Merubah indah menjadi kacau.

Mari kita ingat kasus Prita dan Balqis, dalam kacamata saya, andaikan media tidak membatu mengumpulkan koin keadilan untuk Prita dan koin cinta untuk Balqis maka mereka sulit mendapatkan koin sebanyak itu. Itu semua berkat hasil cuap-cuap para presenter untuk mereka.

Ujung kedua adlah ujung pena. Seorang penulis pernah bilang, Yang tertulis kan mengabadi, yang terucap kan berlalu terbawa angin. Itulah kekuatan tulisan.

Membuka lembaran sejarah para nabi, Nabi Sulaiman AS mampu mebuat ratu Balqis jatuh cinta padanya adalh berawal dari sepucuk surat. Nabi Muhammad SAW. Ketika hendak datang kepada sang Raja beragama Yahudi didahului dengan sebuah surat damai. Dan semuanya diterima dengan senang hati. Itulah kesaktian ujung pena para nabi terdahulu.

Namun dengan ujung pena juga mampu membuat orang celaka. Kasus Prita dengan tulisannya di surat elektronik membuatnya terjerat kasus pencemaran nama baik Rumah sakit Omni International. Kasus para jurnalis orde baru, mereka keluar masuk penjara karena tulisannya yang tidak pro pemerintah. Bahkan diculik entah dibuang ke mana. Atau bahkan nyawa melayang dengan tulisan yang dianggap mengancam stabilitas Negara terancam.

Dengan penanya, pelukis dihargai. Dengan penanya, nama Kahlil Gibran megabadi dengan sajak-sajak cintanya. Dengan pena orang menjadi diperhitungkan. Namun dengan pena juga orang bisa sensara.

Islam mengajarkan dalam Alqur’an bahwa jika kamu melakukan kesepakatan dengan seseorang maka tulislah, sebagai bukti di kemudian hari.

Ujung yang terakhir adalah ujung penis. Manusia, hewan dan binatang terlahir akibat kenakalan ujung yang satu ini. Pertemuan yang begitu hikmat melahirkan makhluk-makhluk baru yang terlahir ke dunia ini. Tak dapat dipungkiri begitu berjasanya sang penis sebagai pahlawan penyelamat. Mungkin terlalu berlebih kalau dikatakan andaikan tak ada tuhan penislah yang penggantinya. Mediator sang perajin menghasilkan manusia baru. Berkat dialah lahir sang Fatimah sebagai lambang kecantikan kaum muslimin. Karena persoalan itu pula Hawa diciptakan Allah untuk Adam. Dan juga karena itu pula Habil dan Qabil berkelahi, dan akhirnya terjadilah peristiwa kematian manusia yang pertama di muka bumi ini.

Karena penis adalah pahlawan yang suci. Sehingga kita tidak boleh mengotorinya dengan menggunakannya di tempat yang belum halal. Sebagai bentuk penghormatan kepada sejenisnya, kaum lelaki sepantasnya mencarikan pasangannya tatkala ia sudah memenuhi syarat untuk memiliki pasangan.

Jagalah dia dari perbuatan yang tidak diridhai Allah SWT. Ingatlah pesan Qur’an, janganlah engkau mendekati zina. Karena zina adalah perbuatan yang tercela. Wallahu A’lam (***). – Gowa, 6 February 2010.

read more...

Wednesday, July 08, 2009

Mengembalikan Tradisi Lama

Refleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Dakwa dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Apa salahnya mengembalikan nilai-nilai lama, kalau nilai lama kurang mampu menopang kemajuan. Apa gunanya mempertahankan nilai baru yang tidak mampu membuat kita dapat bersaing? Konservatisme bukanlah hal yang tidak mungkin, selama nilai itu tidak membawa kepada kehancuran.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, misalnya, pernah mencapai kejayaannya pada masa kepemiminan Drs. H. M. Amir Said (1994-1997). Baik dari segi kuantitas, maupun kualitas. Yang penting diperhatikan pemimpin masa sekarang adalah bagaimana mengambil pelajaran pada masa lalu. Dalam artian belajar pada pengalaman.
Merefleks apa yang telah terjadi pada masa lalu. Tradisi lama yang telah berkembang pada seluruh civitas akademika, sebaiknya dipertahankan dan diusahakan untuk diterapkan pada masa sekarang. Keakraban antara mahasiswa dan dosen seharusnya dibina, dijaga dan dilestarikan oleh semua kalangan. Bukan saling mencelah antara satu dengan yang lain. Mahasiswa menghormati dosen dan dosen menyangi mahasiswanya. Dosen memperhatikan mahasiswa dan mahasiswa juga harus mengerti. Bukan keegoisan. Itulah yang dinantikan. Nilai-nilai persaaudaraan yang kami butuhkan. Seperti yang pernah dialami pada masa kepemimpinan Drs. H. Shampo Seha, M.Th.I.
Proses sosialisasi saat sekarang terkesan terlalu formal dan kaku. Promsi memanfaatkan media massa pun dilakukan dengan biaya yang relatif mahal. Padahal jika kita belajar pada masa lalu, baru lahirnya Laboratorium Dakwah (Labda). Banyak sekali kegiatan yang dapat menarik perhatian orang tua dan calon mahasiswa baru.
Keliling hanya sekedar promosi semata tanpa ditunjang dengan kegiatan menarik, hanya berakhir sia-sia. Lain halnya jika ditunjang dengan kegiatan yang melibatkan siswa. Tanpa promosipun akan banyak yang tertarik dan mendaftar.
Hal ini dilakukan pada masa jayanya Fakultas Dakwa dan Komunikasi (FDK). Seperti pertunjukan Teater Nada dan Dakwah serta Teater Lawak yang islami. Kegiatan ini digelar di daerah-daerah. Sehingga banyak mahasiswa datang mendaftar ke FDK. Mahasiswa keliling daerah melakukan kegiatan yang dapat menarik simpati masyarakat. Selain keliling daerah, juga melakukan studi banding ke luar Sulawesi. Lalu mengapa sekarang enggan meniru masa lalu yang dianggap berhasil? Tidakkah berhasil metode masa lalu? Mengapa harus malu untuk mengulangi sesuatu yang baik? Atau memang tidak ada upaya untuk itu... Wallahu A’lam. (ditulis Juni 2008 M/Jumadil Akhir 1429 H).

read more...

Malulah, Maka Akan Tejaga dari Aib

Sesungguhnya malu dan iman itu selalu berbarengan, apabila salah satu diantaranya dihilangkan (diangkat) maka yang lainnyapun akan hilang. (HR. Imam Hakim dan Ibnu Umar).

Sifat malu merupakan merupakan sifat yang wajib dimiliki stiap insan. Jika manusia sudah tidak memiliki rasa malu maka segalanya sudah berubah. Yang tadinya haram baginya menjadi mubah. Nabi SAW pernah bersabda, ”Apabila engkau tidak malu maka lakukanlah apa yang engkau mau”.

Sifat malu dijadikan sebagai barometer iman seseorang. Ketika ia tidak lagi mempunyai rasa malu berbuat kejahatan, maka yakinlah imannya lemah. Karena antara iaman dan malu selalu berjalan beriringan. Malu bagian dari iman. Maka malulah berbuat kejahatan. Deddy Mizwar pernah mengatakan bangkit itu malu. Malu melakukan korupsi. Malu berbuat dosa. Malu meminta-minta.

Orang mencuri, pejabat korupsi, perempuan menjual diri dan segala perbuatan tercela itu disebabkan rasa malu telah pergi meninggalkan sang pemilik jiwa dan rasa. Kehilangan rasa dan sifat malu bagaikan kehilangan segudang mutiara. Kerugian dan musibah akan segera menimpa ketika malu telah hilang. Malu bagaikan security atau kemanan pada sebuah gudang emas. Sehingga pada saat penjaganya mati terbunuh oleh peradaban yang menggila, maka penjahat akan leluasa memanfaatkan dan mengambil seseuka hatinya.

Umat Islam maupun non Islam dan adat dari manapun pasti memiliki pandangan yang sama tentang nilai rasa malu dalam dirinya. Yang mungkin membedakannya hanya pada tahap seperti apa penempatan malu itu.

Mahasiswa harus malu karena Indeks Prestasi Kumulatifnya (IPK) rendah. Dosen malu karena tidak merasa berhasil mendidik. Pejabat malu jika menyia-nyiakan amanah orang banyak. Itulah nilai-nilai malu yang penting ditanamkan dalam diri setiap manusia. Sehingga mampu bersaing secara sehat.

Ada beberapa nilai positif jika individu menjaga rasa malu dalam dirinya. Yakni selalu terjaga dari perbuatan maksiat memacu diri dari perbuatan maksiat,memacu diri iri duntuk berbuat baik dan slalu ingin berada pada level yang lebih tinggi dari yang lainnya .karena mereka malu jika berbuat maksiat sehingga memacu diri berbuat lebih baik dari apa yang dilakukan kebanykan orang. Tidak mau dikalahkan karena ia malu dengan orang di atasnya.

Rasa malu sering diartikan pada arah yang negatif dan menurunkan rasa percaya diri.Rasa malu bergaul dan sebagainya. Namun malu itu percaya diri. Kata-kata sering muncul jika ada orang berbuat maksiat. Tidakkah engkau malu barbuat kejahatan? Pada kalimat itu terselip arti percaya dirilah engkau melakukan hal yang mengandung kebaikan.

Pada kelompok anak muda sering terjadi misskonsepsi dalam mengartikan rasa malu. Mereka malu ke masjid karena menurutnya itu pekerjaan orang tua. Namun mereka malu jika tidak minum khamar, mereka tidak gaul dan ketinggalan jaman.

Pada jaman Rasulullah Saw. Para sahabat malu kalau amal ibadahnya lebih sedikit dibanding dari sahabat lain. Sehingga ia berpacu dan berusaha untuk mengalahkan sahabatnya.

Sifat malu itu bukanlah orang yang tunduk dengan wajah pucat jika bertatapan dengan orang lain. Bukanlah orang malu jika suaranya kecil jika berbicara dengan oran lain. Tapi orang pemalu yang dianjurkan islam ialah malu jika dalam hatinya penuh dengan dendam, dengki dan sejenisnya. Malu jika ia dibenci oleh saudaranya disebabkan perbuatannya. Malu jika yang ada dalam dirinya hanya kecurangan.

Maka malulah sama saudara kita yang telah kita aniaya, telah bertengkar, bermusuhan dan yang pernah kita caci maki. Malulah kepada kedua orang kita, yang telah disakati hatinya sampai air matanya jatuh becucuran. Maka minta maaflah segerah kapada mereka, karena hanya dia yang berhak memaafkan kita. Allah tidak berhak menghapus dosa-dosa kita terhadap saudara kita yang pernah kita sakiti. Maka malulah kepada Allah dan Rasulnya. Apa yng pernah kita lakukan hampir tidak ada yang diridhaiNya.

Maka mulailah dari sekarang. Tanamkan dalam diri dan hati untk malu berbuat yang dilarang Tuhan. Tanamkan dalam jiwa untuk berbuat baik semata karena Allah (lilllahi taala), bukan atas dasar teke and given. Nanti memberi kalau ada sesuatu yang akan dipetiknya. Janganlah selalu hidup berada di atas jalan kepentingan kepentingan. Ingatlah perbuatan itu di balas sesusai dengan niat. Wallahu A’lam. (Ditulis Juni 2008)

read more...

Tuesday, April 28, 2009

Dinamika Kampus Hijau, Siapa yang Salah?

Islam. Kata itulah yang membuat nama Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menjadi lain. Memberi kesan akan suasana kampus yang religius, ramah dan bermartabat. Cerdas secara spiritual. Juga paham agama. Menjadi nilai tambah dari kampus lain yang tidak berlabelkan Islam.
Integritas Ilmu Agama dengan Sains. Itulah visi dari berubahnya IAIN menjadi UIN. Imu agama harus bersinergi dengan pengetahuan umum. Sains atau imu-ilmu umum dikaitkan dengan Alqur’an dan Hadits. Setiap disiplin ilmu, dosen diharapkan mencarikan dalil yang ada hubungannya dengan ilmu yang sajikan saat mengajar. Hal ini diharapkan tercapainya visi dan misi UIN. Ilmu sains tak lepas dari kajian agama. Sehingga pemahaman agama lebih luas. Itulah yang menjadi harapan bagi mahasiswa UIN. Punya nilai plus dari mahasiswa di universitas umum.
Secara formalitas UIN sudah lumayan islami. Belajar agama lebih banyak. Memakai jilbab bagi mahasiswa – walau ada juga hanya sekedar memakai. Namun di sisi lain tak ada bedanya dengan kampus lain. Mahasiswa UIN paham agama, namun tak dapat dipungkiri ada kampus umum lain lebih paham. Demonstrasinya juga tak jauh beda dengan demonstrasinya kampus lain. Lalu apa yang menjadi keunggulan kita dibanding dengan kampus lain. Ciri khas kampus ini sudah sebagian besar hilang. Tertelang. Hilang sudah. Islami yang seharusnya menjadi pedoman segala aktifitas kampus.
Selayaknya seluruh civitas akademika menyadari itu. Lalu ikut membangun. Memperbaiki. Tak mungkinlah berhasil jika hanya segelintir orang yang menginginkan perubahan. Apalagi kalau Cuma pimpinan. Lalu siapakah yang patut disalahkan? Kesadaran, mungkin itulah yang seharusnya dihadirkan dalam diri setiap insan. Berusaha sambil berdoa(***).
read more...

Saturday, March 28, 2009

Larangan Membenci

Tidak suka tak selamanya benci. Namun benci selalu tidak suka. Kita boleh tidak suka pada seseorang. Karena itu adalah fitrah. Namun jangan sampai ketidak sukaan kita membuat lahirnya kebencian. Tidak suka dapat diartikan perasaan yang tidak respek pada sesuatu. Sifatnya lebih sekedar perasaannya saja. Tidak mau meniru dan berusaha untuk menghindar. Seakan tak ada yang mengganggu walau itu hadir. Benci sifatnya lebih mendalam. Ini biasanya disebabkan adanya hal-hal yang menyakitkan dan mengecewakan. Sehingga seseorang membencinya. Rasa benci adalah faktor utama timbulnya rasa dendam dalam hati seseorang. Karena kebenciannya terhadap perilaku seseorang pada dirinya, maka timbullah tekad atau rasa ingin sekali membalas perlakuan tersebut. Itulah dendam. Benci merupakan penyakit hati yang mesti dibuang jauh. Jangan pernah hidup bersama kebencian-kebencian. Karena hal itu dapat menghalangi kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian. Seseorang yang sudah benci pada sahabatnya, misalnya. Maka hatinya tidak akan tenang sebelum sahabatnya itu minta maaf dan mau berubah. Bahkan tidak akan pernah termaafkan. Dengan segala cara ia tempuh untuk menjauhkannya dari dirinya. Bahkan membunuhnya kalau hal itu lebih membuat hatinya lebih puas.Begitulah yang terjadi. Jika kebencian merasuki hati dan perasaan seseorang. Bisa saja menghalalkan segala cara untuk menghilangkan apa yang dibencinya. Orang tua pun dapat dilempar ke luar rumah jika benci itu meninggi. Olehnya itu, seyogyanya selalu melawan rasa benci itu walau ada hal-hal yang menjengkelkan dan tidak senonoh.Rasulullah SAW mencontohkan perilaku yang selayaknya dijadikan suri tauladan bagi semua umatnya. Nabi SAW tatkala beliau ke Thaif membawa risalah. Orang-orang di sana melemparinya sampai berdarah. Malaikat dan gunung menawarkan diri untuk membalaskan perlakuan tersebut. Namun Rasulullah SAW menolak dan berprasangka baik. Malah beliau mendoakan mereka agar keturunannya kelak berkenang menerimanya.Coba lihat juga, ketika sakit orang yang selalu buang hajat di tangganya. Rasulullah SAW malah menjenguk dan membawakannya makanan. Hal ini disebabkan karena tak sedikitpun rasa benci di hati Raulullah SAW terhadap perlakuan orang kafir tersebut. Ketika diludahi pun oleh orang kafir. Beliau tidak pernah membalas. Tak ada rasa benci. Yang ada hanya prasangka baik pada mereka. “Mungkin mereka tidak tau apa yang saya bawa”.Rasulullah SAW mengatakan bahwa belum sempurnah iman seseorang jika masih ada benci dalam dirinya terhadap saudaranya sesama muslim. Dalam hadis arbain disebutkan, Nabi bersabda:Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari Muslim) Hadis ini sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa jangan pernah ada benci di hatimu. Karena kebencianmu itu akan menyeretmu pada perpecahan dan ketidak tentraman. Dalam dunia yang serba kejam ini. Dunia yang sarat dengan persaingan, terlalu banyak potensi yang dapat membuat rasa benci hadir dalam hati. Terutama dalam dunia politik yang sarat dengan kompetisi. Orang yang kalah merasa kecewa dan membenci orang yang mengalahkannya. Akhirnya menjadi penentang segala kebijakan. Menjadi kelompok oposisi yang tak pernah mengakui kekalahan. Terkadang ada orang tak mau mengakui kebenciannya. Tak menampakkan apa yang sebenarnya terjadi. Tak mau jujur dengan perasaannya. walau sebenarnya dalam hatinya bergejolak. Sebenarnya sikap semacam itu kurang baik. Karena tidak ada usaha untuk merubah apa yang tidak disukai dalam diri seseorang.Seorang dosen pada mahasiswa misalnya. Ketika mahasiswanya berperilaku tidak menyenangkan. Maka selayaknya dosen bersangkutan jujur dan menasehatinya. Bukan mencapnya sebagai pembengkang. Tidak berakhlak. Sampai pada nilai error. Sungguh kurang etis kayaknya, jika hanya faktor kebencian dari seorang dosen saja membuat tidak lulus mata kuliahnya. Dalam tulisan ini sebenarnya, penulis ingin mengajak mari kita saling membina cinta dan rasa kasih sayang yang ada dalam hati masing-masing. Sehingga terwujud persaudaraan yang kokoh, aman dan tentram. Tidak ada lagi saling membenci. Senyum sinis menakutkan tak hadir lagi dalam kehidupan kita. Semuanya indah oleh hiasan cinta. Tak ada lagi wajah cemberut. Yang ada hanyalah senyum manis memilukan. Memikat hati setiap yang menatapnya. Semua tampak muda dengan senyuman yang tak pernah layu.Kompetisi dalam hidup ini adalah hal yang mutlak. Namun seyogyanya persaingan itu membuat lebih akrab. Buka bermusuhan dan saling membenci. Jangan pernah ada benci dalam hati. Apalagi dendam dan enggan memaafkan. Niscaya hidup lebih bahagia dan bermana. Wallahu A’lam Bisshawab. (http://homework-uin.blogspot.com atau http://mystoryzone.blogspot.com)
read more...

Wednesday, March 18, 2009

Merasa Lebih

Lebih mulia. Merasa lebih dari makhluk lain. Tatkala Adam menjadi manusia utuh. Allah mentitahkan seluruh malaikat untuk bersujud kepada Adam. Semuanya menurut. Kecuali iblis. Ia enggan. Membenbengkang. Merasa lebih mulia dari Adam. Ia dari api, sedangkan Adam dari tanah. Menurut iblis api lebih dari tanah.

Lebih benar. Merasa diri paling benar. Seakan hanya dialah yang paling benar. Hanya dia yang tidak sesat. Ketika khalifah Ali terbunuh. Kontroversi meledak. Saling mengklaim kelompoknya yang benar. Tidak kafir. Tidak melakukan dosa besar. Umat Islam mulai saat itu terpecah. Mereka saling mengkafirkan. Dosa besar dan masalah keadilan Tuhan menjadi pokok perdebatan mereka. Kelompoknya Mu’awiyah merasa pihaknyalah yang benar. Begitupun pihak Ali. Dan juga kaum moderat. Khawarij, syi’ah dan murji’ah. Merasa pihaknyalah yang benar yang lainnya sesat.

Terpecahnya kristen juga berawal dari keegoisan dan merasa pihaknyalah yang benar. Yang lainnya sesat dan kolot. Golongan protestan keluar dari katolik karena merasa dialah yang benar. Golongannyalah yang akan meraih keselamatan dunia akhirat.

Partai dan organisasi lahir karena mereka merasa lebih bisa berbuat lebih banyak dibanding ketika mereka tidak membentuk partai atau lembaga tertentu. Walau tujuan mereka pada hakekatnya sama. Tapi mereka saling menjatuhkan. Sikap saling menolong hilang.

Terbentuknya kelompok-kelompok tertentu juga karena adanya merasa lebih dari kelompok tertentu. Sehingga ia mengasingkan diri dari mereka. Terbentuknya sebuah geng pun adalah juga berangkat dari perasaan lebih. Lebih senang bersama. Bahkan hampir seluruh kelompok yang pernah ada berangkat dari merasa lebih dari sesuatu yang telah ia jalani.

Merasa lebih, kebanyakan berdampak negatif. Walau ada juga yang berakhir dengan gemilang. Keegoisan, masa bodoh dan keterbatasan wawasan menjadi faktor utama. Manusia jarang sekali melihat suatu peristiwa secara jujur dan bijak. Mereka kebanyakan hanya melihat dari satu sisi saja. Ia tak mampu melihatnya dari seluruh aspek yang ada. Selalu ada sisi hitam yang tak terlihat. Tertutupi. Sangat subjektif dalam menilai.

Merasa lebih pada hakekatnya adalah warisan sifat iblis. Tatkala Allah menyeru bersujud pada Adam. Merasa lebih selalu memicu rasa angkuh. Melihat orang lain hanya sebagai patung-patung. Tak berdaya. Orang lain rendah dan semacamnya. Merasa lebih yang berlebihan mampu menyeret siapapun pada jurang kehinaan dan kemaksyiatan. Hingga pada perilaku kekafiran. Seperti iblis laknatullah.

Menfonis orang lain sesat tanpa bukti kuat adalah perwujudan sifat iblis. Mengklaim dirinya lebih mulia. Lebih jago. Lebih pantas. Namun bisa saja ia tak punya apa-apa. Lihatlah dirimu sebelum melihat orang lain. Bercerminlah!!

Tugas manusia bukanlah saling menyalahkan. Apalagi pada tahap mengkafirkan. Saling memperbaiki, mengingatkan dan menolong saudaranya yang salah jalan. Itulah tugas khalifatan fil ardh. Bukan sebaliknya. Saling menjelek-jelekkan sesuatu yang belum tentu juga jelek.

Dalam persaingan, sangat rawan saling menjatuhkan. Semoga persaingan menjadi ajang introspeksi diri. Sebuah ruang belajar akan arti kehidupan yang begitu kompleks. Bukan saling menjatuhkan. Tapi saling membangun. Bahu-membahu. Itulah persaingan yang sportif. Sehat. Yang dikehendaki setiap manusia normal. Akhir tulisan ini, saya teringat dengan kata-kata seorang dosen. “Pintarlah Merasa. Janganlah Merasa Pintar”. Selamat bersaing! Wallahu A'lam (***)

read more...