Tuesday, September 08, 2009

Ilmu dan Penelitian Ilmiah

Dalam materi ini akan dibahas tentang beberapa persoalan; perbedaan anggapan umum dengan ilmu, asumsi-asumsi dasar ilmu, tujuan ilmu, teori ilmiah, proses ilmu dan hubungannya dengan penelitian ilmiah.

Anggapan umum dan ilmu

· Anggapan umum : Informasi-informasi yang sudah biasa diterima kebenarannya tanpa dipersoalkan lagi

- petani melihat bintang

- dukun membuat daun menjadi obat

· Merupakan pendahulu dari ilmu.

- masalah ekonomi berasal dari persoalan rumah tangga

- biologi berasal dari persoalan mengatasi kesehatan manusia

· Biasa disebut juga sebagai common sense


Banyak pembahas ilmu yang terkesan dengan pertalian antara anggapan umum dan ilmu sehingga menyatakan bahwa ilmu tidak lain daripada anggapan umum yang diorganisasikan dan diklasifikasikan (Nagel, 1961:3).

Tapi ilmu bukanlah pendapat umum. Tentu ada perbedaan antara ilmu dengan pendapat umum, setidaknya ada lima yang bisa dikemukakan (Rakhmat, 1998:2) :

1. Informasi anggapan umum biasanya tidak disertai dengan penjelasan mengapa itu terjadi.

Ø Ilmu mengorganisasikan dan mengklasifikasikan pengetahuan berdasarkan penjelasan

Ø Ilmu berusaha menemukan dan merumuskan kondisi-kondisi yang menentukan terjadinya berbagai peristiwa

Ø Pernyataan tentang kondisi-kondisi penentu inilah yang disebut penjelasan ilmiah.

2. Informasi dalam anggapan umum mengandung konsep-konsep yang pengertiannya luas atau kabur

- luas dalam arti bahwa makna atau kelompok hal yang ditunjukkan oleh istilah tidak dibatasi secara jelas dan tajam

- kabur dalam arti hubungan di antara konsep-konsep itu tidak dirumuskan secara khusus dan cermat

Ø Ilmu menjelaskan cakupan atau batasan istilah yang dipergunakan dan memperjelas secara khusus hubungan di antara istilah-istilah itu

Ø Kecermatan ilmu diungkapkan dalam bentuk kuantifikasi, pemberian nilai bilangan pada gejala yang diteliti

Si Fulan, misalnya, dianggap lebih cerdas daripada si Anu. Itu anggapan umum. Ilmuwan atau psikolog, dapat menunjukkan kecerdasan tersebut berdasarkan jumlah skor IQ di antara keduanya.

3. Anggapan umum diterima tanpa diuji kebenarannya.

Ø Ilmu secara sistematis dan empiris menguji teori dan hipotesis yang dinyatakan.

Ø Ilmuwan sosial, amat berhati-hati dalam memelihara penelitiannya dari pandangan yang bersifat sepihak

Ø Testabilitas, atau hal yang dapat diuji, adalah ciri pokok ilmu dibandingkan dengan metode-metode pengetahuan lain.

Ø Pengujian dalam ilmu juga dibatasi dengan tiga ketentuan: sistematis, terkontrol, dan empiris.

4. Anggapan umum tidak pernah mempersoalkan kontrol.

Ø Dalam pengertian ilmiah, kontrol berarti bahwa ilmuwan secara sistematis berusaha menghilangkan ikut-sertanya variabel-variabel lain yang menjadi sebab terjadinya peristiwa tertentu selain variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab.

Ø Hanya variabel yang tertentu saja yang dapat dijadikan patokan diantara beberapa variabel yang dibuat.

5. Erat kaitannya dengan pengujian dan kontrol, ilmu, dalam menjelaskan gejala yang diamatinya, selalu berusaha menghindari menjelaskan metafisis.

Ø Pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya tidak dapat diuji kebenarannya, bukan kewajiban ilmiah untuk membuktikannya.


Kaidah-kaidah Ilmu

Ilmu ditegakkan di atas kaidah: orde, determinisme, parsimoni, dan empirisme. Tanpa mempercayai keempat kaidah ini, penelitian ilmiah tidak dapat dilakukan.

1. Orde.

Ilmu percaya bahwa alam ini teratur, tidak serampangan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi ini mengikuti aturan yang teratur dalam suatu pola yang tertentu, dalam suatu orde (tatanan). Gerhana bulan pada saat tertentu dapat diramalkan karena bulan beredar dalam pola edar yang tertentu. Jadwal shalat dan penentuan bulan qamariah dapat diketahui jauh sebelumnya, karena peredaran planet-planet sudah tetap.

Ilmu kedokteran, tidak akan berjalan dengan baik kalau masing-masing tubuh manusia berjalan sendiri-sendiri tanpa aturan. Pendeknya, tanpa orde, ilmu tidak dapat menemukan hukum-hukum yang berlaku umum (generalisasi).

2. Determinisme.

Ilmu percaya bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab, determinan, atau anteseden (pendahulu) yang dapat diselidiki. Hubungan antara di antara berbagai peristiwa dapat ditemukan.

Misalnya, psikolog, percaya bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh pengalamannya terdahulu. Ahli komunikasi percaya bahwa pemberian arti pada suatu pernyataan yang ditentukan oleh proses decoding (mengalih sandi) dalam diri penerima.

3. Parsimoni (kesederhanaan).

Kaidah parsimoni menunjukkan bahwa ilmu lebih menyukai penjelasan yang sederhana daripada penjelasan yang kompleks bila kedua-duanya sama-sama menjelaskan fakta.

Ilmu juga menyukai penjelasan yang mencakup lebih banyak fenomena daripada penjelasan yang terbatas pada fenomena tertentu.

Parsimoni erat kaitannya dengan generalisasi penemuan ilmiah. Beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu-ilmu alam (natural sciences), lebih memenuhi kaidah parsimoni. Ilmu-ilmu sosial lebih berhati-hati dalam melakukan generalisasi.


4. Empirisme.

Empirisme menunjukkan kepercayaan pada observasi atau eksperimen. Kesimpulan-kesimpulan ilmu haruslah didasarkan pada pengalaman yang dapat diamati, pada peristiwa yang empiris. Observasi ilmiah dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Empirisme juga berarti bahwa observasi tidak boleh subjektif, tetapi harus bersifat publik.

Peristiwa yang diamati harus terjadi pada tempat, waktu, dan cara yang memungkinkan observasi orang lain. Erat kaitannya dengan objektivitas, observasi ilmiah harus dapat diulang.

- Replikasi – atau pengulangan observasi ilmiah oleh pengamat-pengamat lain – menjamin adanya observasi yang dapat dipercaya.

- Pengalaman-pengalaman mistis tidak dapat dikatakan ilmiah karena sifatnya yang individual dan sukar diulangi oleh orang lain pada tempat, waktu, dan cara yang sama.

- Empirisme memungkinkan ilmu selalu diuji, diulangi, sehingga komunikabilitas dan akumulasi informasi dapat dilakukan secara sistematis.


Tujuan Ilmu

Tujuan pokok ilmu adalah memahami gejala-gejala alam. Ada berbagai tahap pemahaman:

1. Deskripsi gejala secara cermat. Misalnya, dalam memahami apa yang disebut kecerdasan, ilmuwan lebih dahulu menentukan apakah ada gejala kecerdasan. Kalau ada, unsur-unsur apa yang merupakan komponen kecerdasan.

2. Penjelasan. Kita dapat menjelaskan suatu gejala bila dapat menjabarkan kondisi-kondisi yang menentukan timbulnya gejala tersebut. Kecermatan penjelasan ditentukan oleh sejumlah faktor yang dipergunakan untuk menerangkan timbulnya gejala. Makin sedikit faktor yang dijabarkan, makin cermat penjelasan. Bila berbagai faktor menjadi alasan timbulnya gejala, kita belum memahami gejala itu.

Penjelasan erat kaitannya dengan prediksi (ramalan). Makin spesifik suatu penjelasan, makin cermat kita melakukan prediksi.

3. Mengorganisasikan secara sistematis semua bukti empiris yang ada dalam suatu satuan pengetahuan. Bila suatu penjelasan telah diuji berkali-kali dan terbukti benar, penjelasan itu menjadi fakta ilmiah. Fakta-fakta ilmiah, bila diorganisasikan secara sistematis, serta metode yang digunakan untuk sampai kepada fakta-fakta tersebut, merupakan pengetahuan ilmiah.


Teori Ilmiah

Tujuan utama ilmu, adalah penjelasan gejala alam secara cermat sehingga dapat melakukan prediksi. Bila penjelasan ini telah diuji berkali-kali dan terbukti benar, penjelasan ini dinamakan teori. “Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut” (Kerlinger, dalam Rakhmat, 1998 : 6).

Secara terinci teori ilmiah ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Teori terdiri dari proposisi-proposisi. Proposisi adalah hubungan yang terbukti di antara berbagai variabel. Proposisi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk “jika, maka”.

2. Konsep-konsep dalam proposisi telah dibatasi pengertiannya secara jelas. Pembatasan konsep ini menghubungkan abstraksi dengan dunia empiris.

3. Teori mungkin harus bisa diuji, diterima atau ditolak kebenarannya. Pembatasan pengertian konsep yang dipergunakan menyiratkan kemungkinan pengujian teori.

4. Teori harus dapat melakukan prediksi. Teori agresi dapat meramalkan bahwa bila guru selalu menghambat tingkah laku anak, frekuensi agresi akan bertambah. Teori disonansi kognitif, dapat meramalkan bahwa dalam suasana disonansi, orang akan mencari pembenaran (justifikasi) terhadap perilakunya.

5. Teori harus dapat melahirkan proposisi-proposisi tambahan yang semula tidak diduga.


Fungsi teori:

· Teori merupakan alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang dinamis. Teori penting sekali dalam memperjelas pengetahuan sebagai dasar organisasi pemikiran.

· Teori pembimbing penelitian. Dari teori dapat dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, penelitian dapat menguji mana di antara teori itu yang benar.


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Ilmu dan Penelitian Ilmiah"

Post a Comment