Tuesday, June 24, 2014

Kesalahan Dalam Mengatur Keuangan

Rayner Tannya, CFP

Oleh: Rainer Tannya, CFP
* Pengatur Keuangan, Tinggal di Palopo

Mengatur keuangan tidaklah semudah yang dipikirkan dan diucapkan bagi kebanyakan orang. Sering kali ketika komitmen untuk mulai berhemat muncul. Godaan barang-barang diskon membuat anda terpaksa kembali menghabiskan seluruh gaji anda. Bagaimana agar kita dapat tetap on-track dalam mengatur keuangan keluarga? Berikut 7 kesalahan umum yang harus anda hindari untuk meraih tujuan keuangan yang ingin dicapai.

Tidak Memiliki Komitmen yang Kuat
Investasi membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan untuk menunda kesenangan saat ini dengan harapan mendapatkan kesenangan yang lebih besar dikemudian hari. Agar memiliki uang untuk diinvestasikan, kita harus mampu menyisihkan sebagian dari pendapatan saat ini.
Banyak orang gagal menyisihkan pendapatan mereka. Alasannya adalah pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan. Sebenarnya mereka gagal bukan karena pendapatan yang kurang, akan tetapi karena tidak memiliki komitmen untuk mengatur pengeluaran.
Ingat, pengeluaran tidak akan ada batasnya jika mau memenuhi semua keinginan. Akan tetapi pengeluaran akan menjadi sangat terbatas jika hanya memenuhi ‘apa yang dibutuhkan saja’.
Agar bisa menyisihkan sebagian pendapatan, kita harus mampu melakukan ‘pengorbanan’ seperti menahan beli handphone baru selama yang lama masih berfungsi baik. Membeli sepatu local ketimbang sepatu merek luar negeri. Mengganti satu pak rokok sehari dengan sebutir permen. Mengganti jajan diluar dengan makan bekal dari rumah.
Banyak cara untuk memastikan pendapatan bulanan masih tetap bersisa untuk diinvestasikan. Anda pasti bisa menyisihkan 10-30% pendapatan saat ini. Syaratnya hanya satu, komitmen yang kuat untuk melakukan pengorbanan.

Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas
Sah-sah saja jika anda bermimpi menjadi milyarder. Akan tetapi yang menjadi masalah, apakah anda memiliki rencana ataupun tujuan yang jelas untuk mencapainya. Jika anda ingin jadi milyarder. Mulailah pasang target misalnya, menyisihkan 10% dari penghasilan untuk di investasikan. Ketika target tercapai, naikkan menjadi 20%. 
Pasang target belajar tentang saham, atau belajar tentang reksadana. Mulai investasi kecil-kecil dan terus ditingkatkan. Setiap target yang tercapai adalah satu langkah maju menuju mimpi anda.

Investasi Tanpa Memahami Produknya
Tahun 2005, banyak investor reksadana pendapatan tetap menjual rugi reksadana mereka ketika inflasi naik, bunga naik dan harga obligasi yang menjadi isi portfolio reksadana pendapatan tetap tadi menurun tajam, sehingga nilai reksadana mereka pun ikut turun tajam.
Banyak sekali investor saat itu berpikir bahwa reksadana pendapatan tetap, karena kata ‘tetap’ tidak bisa turun. Dan ketika ternyata reksadana mereka turun, mereka tidak siap, dan jual saat harga dibawah. Padahal, jika menunggu satu setengah tahun kemudian untuk menjualnya, mereka bisa jual untung. Ada pula investor yang rugi total setelah membeli saham tanpa fundamental yang jelas. 
Atau investor emas dengan sistem margin yang diberi label syariah harus menanggung rugi ketika harga emas terkoreksi tajam enam bulan terakhir. Cerita seperti ini sangat jamak ditemukan. Kenapa ini terjadi? Karena semua investor tadi melakukan investasi tanpa pernah mempelajari risiko investasi yang bakal mereka hadapi. Akibatnya ketika risiko itu menjadi kenyataan, dan nilai investasi mereka bergejolak, mereka langsung panic dan membuat keputusan yang mereka sesali dikemudian hari.

Mencicil Pembayaran Tagihan Kartu Kredit
Kapal karam banyak diawali oleh lubang kecil. Begitu juga rencana finansial. Banyak yang karam karena lubang yang terus mengalir dari tagihan kartu kredit. Apa gunanya reksadana saham yang dimiliki menghasilkan imbal hasil 20% per tahun ketika saldo tagihan kartu kredit terus membengkak, berbunga 36% per tahun terus melobangi kantong anda. Sebelum investasi, lunasi dulu semua tagihan kartu kredit.

Tidak Membeli Asuransi
Sakit yang memerlukan biaya berobat besar dan kematian adalah dua hal yang paling sering menghancurkan rencana finansial. Ketika sakit, berapa pun biaya akan rela kita keluarkan untuk bisa sembuh. Berhutang juga sering menjadi solusi cepat ketika seluruh penjualan asset anda tidak mencukupi membayar biaya berobat. Jika ini terjadi, semua rencana jangka panjang akan hancur.
Begitu juga kematian pasangan yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga, dijamin memberi efek financial yang sama. Oleh karenanya kita perlu menghilangkan risiko ini dengan membeli asuransi.
Asuransi pertama adalah asuransi kesehatan yang memberi proteksi atas pengeluaran besar jika kita ataupun yang orang menjadi tanggung jawab kita mengalami sakit dan memerlukan biaya perawatan yang besar.
Sementara asuransi jiwa baru diperlukan jika kita telah memiliki tanggung jawab terhadap istri ataupun anak. Kita perlu memastikan bahwa mereka masih bisa hidup layak jika kita mendadak meninggal dunia. 
Berapa nilai pertanggungan yang ideal? Bisa bervariasi tapi kisaran umumnya adalah sekitar 7-10X gaji tahunan. Jangan tunda beli asuransi jiwa ini, karena semakin berumur, premi yang anda harus bayarkan akan semakin besar.

Tidak Memiliki Portofolio Saham
Jumlah investor reksadana dan saham di Indonesia sekitar 200.000 orang atau kurang dari 0.1% penduduk Indonesia. Sementara jumlah rekening efek individu di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), lembaga yang menyimpan dan menyelesaikan transaksi pasar modal, hingga Januari 2014 baru tercatat 400.000 rekening atau hanya 0.16% penduduk Indonesia.
Hal ini mencerminkan masih sangat minimnya pengenalan investor terhadap investasi di pasar modal terutama saham. Padahal, di Negara yang sedang berkembang dengan trend demografi yang sehat seperti Indonesia, saham akan selalu memberikan imbal hasil yang lebih baik dari alternatif investasi lainnya. Kenapa? Karena harga saham dalam jangka panjang akan memberi kompensasi atas risiko inflasi sekaligus merefleksikan potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Banyak orang yang tidak memiliki portofolio di saham karena takut mengambil risiko. Padahal tanpa mengambil risiko, mereka juga akan kehilangan kesempatan mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi.  Apa yang mesti kita lakukan? Kenali risiko tadi dengan mempelajarinya.
Lalu mulai investasi dengan skala yang kecil. Berikutnya setelah pengetahuan dan pengalaman atas risiko dan potensi imbal hasilnya dikenal dengan baik, naikkan eksposure anda secara bertahap, hingga mencapai porsi yang ideal. Berapa porsi yang ideal? Sangat tergantung kepada umur, toleransi atas risiko dan tujuan investasi dan kondisi keuangan.
Semakin muda usia anda, semakin besar portofolio saham yang harus anda miliki dan sebaliknya. Rumus umum yang dipakai untuk menentukan portofolio di saham adalah 100 dikurangi umur. Jadi jika umur anda 20, portofolio di saham adalah 80%, dan obligasi ataupun instrument lain dengan risiko rendah adalah 20%.

Terlambat Memulai
Investasi membutuhkan ‘waktu’ agar bisa bertumbuh seperti yang diinginkan. Seperti halnya waktu yang dibutuhkan menunggu bibit mangga yang ditanam tumbuh menjadi besar dan berbuah lebat.  Investasi paling tepat mulai dilakukan di waktu muda. Karena ketika memulai disaat muda, kita punya banyak waktu membiarkan investasi tadi bertumbuh besar seiring waktu.
Ketika berinvestasi saat muda, instrument investasi yang diambil bisa yang lebih berisiko, seperti saham, dengan harapan imbal hasil yang lebih besar pula. Lalu, jika pun pada awal investasi, kita melakukan kesalahan, masih banyak waktu menunggu investasi itu kembali, dan juga banyak kesempatan untuk memperbaikinya. Beda halnya dengan investasi di waktu tua.
Sisa waktu yang investasi semakin terbatas, sementara ekspektasi imbal hasil akan lebih kecil dibandingkan investasi saat muda, karena tipe investasi yang cocok adalah yang memiliki risiko lebih kecil. (*)
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Kesalahan Dalam Mengatur Keuangan"

Post a Comment