Monday, June 16, 2014

Reformasi Birokrasi Diawali dari Niat Baik

M Taufiqurrahman

Oleh : Drs M Taufiqurrahman, MSi.
Pemerhati Masalah Pemerintahan, tinggal di Palopo


(Refleksi dari Dari Debat I Kandidat Presiden RI)

Dari debat Kandidat Presiden RI, 9 Juni 2014 malam, tidak lepas dari opini normatif, teoritis atau bahkan filosofis para kandidat ketika berbicara tentang demokrasi, pemerintahan bersih, hukum dan hak azasi manusia. Pada forum seperti ini, biasanya sulit mengharapkan argumentasi praktis/pragmatis, sehingga perspektif filosofislah yang cenderung mengemuka.
Jokowi yang mencoba perspektif pragmatis, hanya mengemukakan konsep terapan sebagai Walikota dan Gubernur, tentang e-Government dan blusukan yang dibahasakan sebagai mendengar dan melaksanakan suara rakyat, halnya dengan Jusuf Kalla bahwa  demokratisasi, penegakan hukum dan hak azasi manusia (HAM) harus diawali dengan keteladanan pemimpin.
Prabowo, mengangkat masalah akses dan asset warga negara terhadap sumber daya ekonomi yang harus dikelolah baik oleh negara, demi meningkatkan kesejahteraan rakyat, bahwa penegakan hukum dan kinerja aparatur negara harus diawali oleh peningkatan kesejahteraannya demi pelayanan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Mendengar dan melaksanakan suara rakyat, keteladanan para pemimpin, dan penguasaan dan pengelolaan negara atas kekayaan  negara, adalah artikulasi dari tujuan yang diusung  para kandidat Presiden RI, mestilah tujuan bersama mereka adalah mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat bersama yang lebih baik. Tujuan sedemikan itulah yang dapat dibahasakan, dilisankan, ditulis dan dipersaksikan kepada orang-orang.
Hal yang paling mendasar yang juga dapat diartikulasikan namun kebenarannya hanya para kandidatlah yang memahami dan mengetahuinya adalah “niat“. Niat sekalipun dilafadzkan, namun yang sebenarnya hati nuranilah yang menyatakannya.

Niat yang Baik
Innamal a’malu binniyat. Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niat. Amal perbuatan meliputi balasan berupa pahala di akhirat kelak maupun hasil yang dinikmati di dunia. Niatlah yang melancarkan ucapan dan menguatkan perbuatan. Niat yang sebenarnya hanya diketahui oleh masing-masing pribadi namun tidak tersembunyi dari pengetahuan Allah SWT.
Niat yang baik dimurnikan oleh pemahaman dan keyakinan mendasar antara lain bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan mati  semata-mata hanya untuk Allah Rabb seluruh alam, dan bahwa sesungguhnya penciptaan jin dan manusia semata-mata hanya untuk mengabdi kepadaNya. Demikian pula bahwa kelahiran manusia di atas muka bumi ini telah diawali dengan perjanjian ketaatan manusia kepada Sang Khaliq.
Niat yang baik membuahkan sifat jujur, teguh dalam pendirian, ikhlas, sederhana. Sifat yang baik akan membuahkan sikap yang berani, tegas, bertanggung jawab, cerdas,  disiplin, peduli, toleransi, dan terbuka.
Sikap yang baik seperti inilah yang dapat melahirkan tujuan seperti mendengar dan melaksanakan suara rakyat, memimpin dengan memberi keteladanan, dan pengerahan kekuasaan negara untuk mengelolah kekayaan negara dengan baik demi kesejahteraan rakyat.
Niat, sifat, sikap dan tujuan ini pula yang seharusnya menjadi inti dari pembangunan demokrasi, pemerintahan yang bersih dan penegakan hukum sesuai tema Debat I Presiden RI, pada malam 9 Juni 2014 yang dipublikasi oleh sejumlah TV Nasional sehingga disaksikan oleh warga seantero negeri.

Keteladanan
Urgensi keteladanan adalah sebagai kewajiban moral dan sebuah pendekatan atau strategi. Pada pelajaran pengantar ilmu administrasi dan manajemen, dijelaskan bahwa administrasi terdiri dari unsur statis dan dinamis, unsur statis adalah organisasi sedangkan unsur dinamis adalah manajemen. Inti dari manajemen adalah kepemimpinan, inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, inti dari pengambilan keputusan adalah keteladanan.
Dalam salah satu ayat Al Qur’an, dinyatakan bahwa sungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik. Para nabi dan rasul lainnya pun, strategi pengajarannya antara lain adalah dengan banyak memberikan keteladanan.  
Dalam tradisi dan khasanah nilai budaya lokal Bugis maupun Luwu di Sulawesi Selatan pun mengajarkan tentang keteladan, seperti anjuran untuk memerintahkan atau melarang untuk melakukan sesuatu, namun yang memerintahkan telah terlebih dahulu melaksanakannya.
Pada filosofi dasar dunia pendidikan nasional dikenal ungkapan ingngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, tut wuri handayani. Artinya di depan memberi teladan, di tengah menyemangati, dan di belakang memberi motivasi atau dorongan. Demikian pula peribahasa yang lazim dipahami yaitu “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari“.
Dalam konsepsi dan teori birokrasi, birokrasi dipahami sebagai organisasi besar dengan struktur yang tegas dan dengan pembagian tugas yang jelas. Sifat birokrasi cenderung kaku dan bekerja secara instruksional, dengan sifat ini, maka keteladan pemimpin dalam birokrasi akan memberi warna yang tegas pada birokrasi. 

SDM yang Baik
Agar  birokrasi sebagai organisasi besar yang mengatur banyak kepentingan berkerja baik dan maksimal, maka perlu diisi dengan sumber daya manusia (SDM). Dalam ilmu manajemen dikenal ungkapan “The gun behind the man, not the man behind the gun”.  Maka struktur birokrasi yang bersusun dan berlapis seyogyanya diisi dengan SDM yang baik. Selanjutnya persona dari SDM yang baik akan menjadi teladan yang baik pula di level manapun pada struktur di birokrasi.
Dalam pengantar ilmu hukum, sekiranya ada pilihan dalam penegakan hukum, antara pilihan sistem yang baik namun manusia buruk, atau sistem yang buruk tapi manusia yang baik, sebaiknya memilih pilihan kedua.

Sistem yang Baik dan Hasil yang Baik
Organisasi birokrasi yang besar dengan urusan yang banyak akan  bekerja maksimal  dengan SDM yang baik dilengkapi dengan sistem yang baik pula. Sistem yang baik akan melengkapi kekurangan pada SDM dan kesinambungannya. Sistem ini meliputi rekrutmen, penempatan dengan prinsip “The right man on the right job place” dan pemberian penghargaan dan sanksi (reward and punishment). Kombinasi antara SDM dan sistem yang baik inilah yang lebih menjamin keberhasilan reformasi birokrasi yang penyembuh penyakit kronisnya di Indonesia saat ini yaitu nepotisme, kolusi dan korupsi (NKK).
Manusia wajib berikhtiar, Allah SWT yang pada akhirnya menentukan segalalanya, namun janji-Nya. Keburukan dan kebaikan sebesar zarrah pun akan dibalasNya. Wallahu a'lam bissawab. (*)
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Reformasi Birokrasi Diawali dari Niat Baik "

Post a Comment